*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Minggu, 19 April 2015

Sebuah Catatan: Warga Mintobasuki di Perantauan – Bag 2


Welcome to the Junggle, Man! Pertama-tama saya akan ajak anda untuk melihat kondisi lingkungan fisik di sini yang benar-benar beda dengan kondisi desa kita, Mintobasuki Asri.

Image0489
Salah satu ruas jalan masuk ke kampung Darat dari dusun Kotojayo

Orang dusun biasa menyebutnya kampung Darat. Letaknya sekitar 7 KM dari dusun Kotojayo ke arah utara masuk jalan kecil menembus hutan karet. Bisa ditempuh dengan naik motor sekitar 20-30 menit. Jalan selebar 3 meteran itu kian tak terawat. Beberapa titik mungkin kurang dari 2 meter karena lebatnya semak belukar di kanan kirinya yang tak pernah dibersihkan. Inilah jalan akses utama menuju hutan karet sekaligus penghubung menuju pemukiman transmigrasi desa Sungai Buluh, kec Rimbo Tengah. Jangan bayangkan jalanan beraspal, cuma tanah yang diratakan dan dipadatkan  dengan sirtu. Beberapa tanjakan tidak bisa dilewati motor jika hujan turun karena sangat licinnya. Kanan dan kiri jalan hanyalah batang-batang pohon karet yang terlihat. Tidak ada rumah penduduk di sini, hanya bedeng-bedeng kecil dari bilah-bilah papan yang ditempati para pekerja kebun karet. Itu pun jaraknya berjauhan, satu atau dua kilometer baru ketemu satu bedeng. Listrik? Jangan harap, itu hanya bisa dinikmati warga dusun. Bisa dibayangkan ketika malam tiba tempat ini benar-benar menjadi rimba yang sempurna.

Masih ada satu akses jalan lagi untuk menjangkau kampung Darat ini. Kalau tadi dari arah selatan, yang ini dari arah utara. Tepatnya dari pemukiman transmigrasi Sungai Buluh, Rimbo Tengah. Orang sini cukup menyebutnya Trans saja. Pemukiman ini banyak ditempati orang-orang jawa yang bertransmigrasi era Orde Baru. Kampung Darat bisa diakses dari Trans melalui jalan kecil sekitar 4 KM ke arah selatan dengan menembus hutan karet. Setelah melewati perkebunan Sawit, jalan masuk hanya berupa jalanan setapak melintasi perkebunan karet warga dan hanya bisa dilewati motor roda dua atau jalan kaki. Jika hujan turun, jalan ini penuh lumpur dan licin. Untuk menuju Kota Muarabungo warga juga lewat sini dengan jarak tempuh sekitar 45an menit lewat Trans. Dari Trans ini akses ke kota sudah lancar karena melewati jalan utama Muarabungo-Kuamang Kuning.
Image0454
Salah satu jalan tanjakan di kampung Darat yang telah di cor.

Sebelum tahun 2007an, kampung Darat nyaris tidak bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua. Jika akan ke pasar membeli barang-barang kebutuhan harian mereka harus berjalan kaki menembus hutan yang penuh semak belukar. Bahkan, menurut cerita mereka yang di sini, dulu kalau ke pasar berangkat pagi-pagi dan pulangnya bisa sampai maghrib karena jauhnya jarak tempuh. Dengan memikul bahan sembako mereka harus menerobos rimbunnya semak dan pekatnya hutan dengan jalan kaki. Jalanan yang naik turun dan kadang berlumpur menjadi hambatan tersendiri bagi mereka. Pasar yang terdekat saat itu pasar dusun Danau. Tepatnya sebelah timur dusun Kotojayo yang bisa ditempuh sekitar 20 menit dengan kendaraan melewati jalan beraspal. Namun, jika ditempuh dari kampung Darat bisa sampai setengah hari karena aksesnya yang sulit.

Dengan kondisi fisik alam yang demian ekstrim tentu bisa kita bayangkan jika ada warga yang sakit dan secepatnya butuh perawatan medis. Dulu, untuk mengantar orang sakit haruslah dengan jalan kaki menuju dusun terdekat yang ada fasilitas pelayanan medis. Atau jika si sakit kondisinya benar-benar parah baru dipikul bersama-sama dengan bergantian untuk pergi ke dokter atau rumah sakit. Setelah motor bisa masuk wilayah sini penanganan si sakit pun lebih mudah, bisa langsung di antar ke dokter terdekat atau ke rumah sakit yang ada di kota Muarabungo.
Infrastruktur yang demikian parah ini menjadikan warga Kampung Darat yang mayoritasnya adalah warga Mintobasuki berinisiatif memperbaiki akses masuk yang ada. Sedikit demi sedikit jalan setapak diperbaiki. Sampai kemudian kendaraan roda dua bisa menjangkau bedeng-bedeng tempat tinggal mereka. Ini merupakan titik awal yang baik karena bisa memperlancar mobilitas warga. Akhirnya banyak warga yang kemudian membeli motor untuk menunjang aktifitas mereka sehari-hari, semisal pergi ke dusun, belanja ke pasar, berangkat kerja atau pun untuk saling mengunjungi sesama mereka.

Banyak hal yang berubah ketika sarana tranportasi bisa menjangkau daerah ini. Kalau dulu untuk ke pasar harus sebulan sekali, saat ini kapan pun mereka bisa pergi ke pasar untuk memenuhi kebutuhan harian. Alternatif belanja pun tidak hanya di pasar Danau, yang nota benenya pasar mingguan, tapi mereka juga bisa pergi belanja ke pasar kota Muarabungo. Di sana kebutuhan sehari-hari lebih lengkap dan harganya pun bisa lebih bersaing. Bukan hanya kebutuhan konsumsi saja yang ada di pasar Bungo, tapi juga kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti pakaian, perlengkapan kerja, perabotan rumah tangga, bahkan gadget dan semisalnya. Di sini ada dua pasar yang terkenal, Pasar atas dan pasar bawah. Umumnya untuk membeli kebutuhan pokok dan sayuran Pasar Atas yang jadi alternatif pertama.

Kembali ke kampung Darat…Sebenarnya ada satu lokasi lagi yang menjadi tempat tinggal warga Mintobasuki di sini yaitu Kulim. Lokasinya terpisah jauh dari Darat sekitar 5 KM arah ke Timur. Kondisi lingkungan fisiknya pun sama dengan Darat. Kelebihannya adalah untuk menjangkau jalan besar Muarabungo-Kuamang Kuning lebih dekat, sekitar 1 Km saja dengan akses yang memadai. Dari Darat menuju ke Kulim harus melewati rawa-rawa yang cukup luas yang sekarang sudah berubah menjadi dataran dengan hamparan pasir putih dan semak belukar serta kolam-kolam air. Dari mana asal muasalnya pasir putih dan kolam-kolam ini?

Penambang emas liar ketika masuk wilayah ini mereka mengeruk tanah sampai kedalaman tertentu untuk mendapatkan butir-butir emas dengan menembakkan air berkekuatan besar melalui mesin-mesin diesel. Orang disini menyebut aktivitas penambangan emas liar ini dengan nDompeng. Entah mengapa disebut demikian, mungkin karena umumnya mesin diesel yang mereka gunakan adalah merk Don Feng produk dari China sehingga untuk mempermudah penyebutannya diganti Dompeng. Dan kemudian nama ini dipakai untuk aktivitas mereka. Hasil yang ditinggalkannya adalah kolam-kolam lebar dan pasir-pasir putih yang menghampar. Hampir semua rawa-rawa di sini telah dijamah tangan-tangan para pen-Dompeng. Bahkan ketika lahan ‘perawan’ sudah habis, lahan bekas dompengannya pun di keruk lagi, berharap masih ada sisa-sisa yang tertinggal. Satu tim biasanya terdiri antara 5 sampai 7 orang.

Perbaikan Jalan Masuk Darat
Foto0237 Foto0138
Warga menyadari bahwa semakin baik infrastruktur akan semakin mempermudah aktivitas sehari-hari dan meningkatkan kegiatan ekonomi. Langkah yang ditempuh adalah dengan melakukan perbaikan jalan masuk yang ada dengan dilakukan pengecoran. Warga bergotong royong membangun pengecoran jalan di titik-titik yang dianggap rawan saat musim hujan, terlebih di lokasi-lokasi tanjakan. Tidak kurang dari dua belas titik lokasi berbahaya yang telah dilakukan pengerasan yang didanai secara suka rela oleh warga sekitar. Untuk mendapatkan bahan baku semen mereka membeli dari toko bangunan di Trans, sedangkan pasirnya cukup dari rawa-rawa bekas penambangan liar. Hasilnya memang cukup memuaskan. Berkendara saat musim hujan pun tak lagi menjadi masalah.
Perbaikan ini tidak sekaligus, tapi dilakukan secara bertahap sejak tahun 2010. Mereka biasa saling bermusyawarah untuk menentukan segala kebutuhan untuk perbaikan, lokasi mana yang akan di-cor, kebutuhan material dan tenaga kerja, bahkan sampai kebutuhan konsumsi nantinya. Namun karena kurangnya perawatan, setelah beberapa tahun berlalu beberapa titik telah mengalami kerusakan yang parah sehingga butuh perbaikan.

Demikianlah sekilas gambaran kondisi lingkungan fisik  yang ditempati warga Mintobasuki. Di tulisan mendatang insya Alloh akan kita telusuri aktifitas harian mereka…

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)