*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Kamis, 26 Februari 2015

Jangan Silau dengan Kehebatan Orang Kafir


yunaniAlloh ta’ala berfirman dalam ayat 196-197 dari surat Ali Imran:

لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَاد; مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
ِ
Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya“.
Adakalanya orang kafir diberikan kelebihan dalam urusan-urusan dunia, baik dalam masalah harta, kedudukan, keturunan, kepintaran, keelokan dan sebagainya. Namun itu bukanlah ukuran bahwa mereka dimuliakan dan dicintai Alloh ta’ala, akan tetapi itu hanyalah istidraj (penguluran waktu) agar mereka nanti merasakan pedihnya siksaan Alloh ‘azza wa jalla. Demikian pula ketika kita mengunjungi negeri-negeri kafir atau mendengar keadaan mereka di negeri-negeri mereka akan kemajuan yang mereka raih, peradaban yang merekai capai, tehnologi yang mereka miliki, keteraturan yang mereka terapkan, kepintaran yang ada pada mereka yang kadang membuat kita berdecak kagum janganlah hal itu menyilaukan mata hati kita sehingga apa pun yang datang dari mereka semuanya kita anggap baik, semua sempurna, semua hebat dan layak dijadikan rujukan. Sehingga kita import semua yang ada pada mereka tak perduli halal haram, tak peduli bertabrakan dengan ajaran Islam.
Hal ini penting kita pahami agar kita tidak lantas latah melihat kemegahan dan kelebihan yang mereka miliki. Ingatlah, bahwa kehidupan dunia ini adalah remeh dan hina di sisi Alloh, lebih rendah dan hina dari bangkai seekor anak kambing yang cacat. Camkanlah, bahwa dunia beserta isinya ini tiada nilainya di sisi Alloh meski hanya sebelah sayap seekor nyamuk. Dan andai dunia ini ada nilainya di sisi Alloh, tentu Alloh tidak akan memberikan minum orang-orang kafir meski seteguk.
Jadi jangan heran ketika orang-orang kafir itu diberikan berbagai kenikmatan dan kemewahan dalam kehidupan dunia dengan apa yang mereka usahakan sebab di akhirat kelak mereka tidak mendapat bagian seteguk pun dari air yang bisa menghilangkan dahaga, tak ada secuil makanan pun untuk menghilangkan lapar, dan tak ada tempat bernaung dari siksa yang pedih. Balasan bagi orang-orang kafir kelak tiada lain api neraka yang menyala-nyala, minumannya dari air mendidih dan darah bercampur nanah, makanannya dari buah pohon Zaqqum yang mayangnya meyerupai kepala-kepala syaitan. Pakaiannya dari ter api neraka. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar lagi bengis yang tidak pernah bermaksiat kepada Alloh ta’ala. Hal ini disebabkan karena mereka ingkar dan kufur kepada Alloh dan RasulNya, mereka tidak mengimani adanya hari berbangkit, mereka mengingkari adanya surga dan neraka. Mereka hidup layaknya binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Ketika datang peringatan kepada mereka, mereka pun mendustakannya.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا ;أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)“. (QS. AL Furqon 43-44)
Bagi mereka tiada kehidupan melainkan hanya kehidupan dunia, sedangkan akhirat adalah negeri dongeng sebelum tidur. Mereka hidup dan mereka mati dan tidak pernah berfikir bahwa mereka akan dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama hidup di dunia.
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (QS Al Baqarah: 212)

إِنْ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ
kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi,” (QS Al Mu’minun: 37)

Demikianlah kondisi orang-orang kafir dalam memandang kehidupan dunia yang bertolak belakang dengan cara pandang seorang mukmin. Bagi seorang mukmin dunia hanyalah persinggahan dari sekian persinggahan dalam menempuh perjalanan panjang menuju negeri akhirat. Bahagia atau celakanya kita di negeri akhirat nanti sangat ditentukan oleh amal-amal kita dikehidupan saat ini. Dunia hanyalah ladang untuk beramal dan bukan pelabuhan terakhir yang mesti kita kejar dan kita perjuangkan mati-matian tanpa mengenal rambu-rambu syariat. Bagi seorang muslim, kebahagiaan sejati bukanlah pada kemewahan dan kemegahan dunia yang fana, akan tetapi kebahagiaan sejati adalah mendapatkan kecintaan Alloh dan keridhoaNnya. Apalah artinya kemewahan dunia jika akhirnya membuatnya terjerembab kedalam panasnya jurang api neraka. APalah artinya kesenangan sementara jika harus dibayar dengan siksaan abadi yang pedihnya tiada tara.
Lalu, apakah kemudian kita tidak boleh sama sekali berinteraksi dengan orang-orang kafir tersebut? Tentu saja tidak demikian. Rosululloh -sholallohu ‘alaihi wa sallam- dan para shahabatnya -radhiyallohu ‘anhum- adalah manusia-manusia yang paling berilmu dan paling bertaqwa, akan tetapi mereka tetap berinteraksi dan berbuat baik pada orang-orang kafir. Tetap bermuamalah dengan mereka. Menjaga hak-hak mereka. Tidak mendzolimi mereka. Tetap berbuat adil kepada mereka. Dan mendakwahi mereka kepada agama Alloh dengan cara yang ma’ruf. Inilah keindahan syariat kita.
Demikian pula kita tidak dilarang untuk mengambil faedah-faedah yang bermanfaat dari mereka sebatas kebutuhan dalam perkara-perkara dunia yang sifatnya mubah, seperti perdagangan, pertanian, perindustrian, tehnologi dan sebagainya. Dan kita dilarang keras untuk belajar ilmu-ilmu yang bertentangan dengan syariat kita, dilarang meniru budaya-budaya dan kebiasaan-kebiasaan kufur yang merupakan kekhususan mereka, dilarang mengagung-agungkan mereka.  Kita juga dilarang memberikan loyalitas dan kecintaan kepada mereka sebagaimana kecintaan kita kepada saudara kita sesama muslim, sebab al wala’ (loyalitas/kecintaan) hanya ditujukan kepada seorang muslim.
Allohu a’lam …

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)