*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Area Persawahan di sebelah timur Desa Mintobasuki

Lahan pertanian yang cukup luas membentang di bagian timur desa. Hasil pertanian yang dihasilkan antara lain padi, jagung, kacang-kacangan dan beraneka ragam sayuran.

Kali Tambak untuk sarana irigasi pertanian

Sungai kecil yang membujur di sebelah timur desa yang berhulu di Sungai Silugonggo memiliki arti penting sebagai sarana irigasi.

Pesona desa Mintobasuki

Nuansa alam desa yang nyaman, udara yang segar, pemandangan yang indah menjadikan desa Mintobasuki kian anggun dan menyimpan pesona tersendiri.

Sektor pertanian yang perlu dikembangkan

Mintobasuki memiliki lahan pertanian sekitar 90 Hektar terdiri atas lahan basah dan kering. Oleh karenanya perlu ada upaya yang matang untuk mengembangkan sektor ini. Selain itu, pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar warga Mintobasuki sampai saat ini.

Sarana peribadahan yang cukup memadai

Desa Mintobasuki memiliki 5 Musholla dan 1 Masjid Agung Al-Amin yang saat ini dalam tahap pembangunan. Dengan adanya sarana penunjang yang cukup memadai ini diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan warga dalam beribadah.

Pertanian merupakan mata pencaharian mayoritas warga

Sektor pertanian tetap menjadi mata pencaharian dan primadona bagi masyarakat desa Mintobasuki, meski dengan seiring bertambahnya waktu, profesi dan mata pencaharian warga kian heterogen.

Sektor Perikanan di Mintobasuki

Sungai Silugonggo yang bermuara ke laut utara ternyata memberi berkah tersendiri bagi warga Mintobasuki. Hasil tangkapan ikannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup warga yang berprofesi sebagai nelayan.

Selasa, 26 April 2016

Galery Mendung Mintobasuki

Ternyata tak selamanya mendung diidentikkan dengan suasana muram dan kelabu. Terkadang mendung membawa nuansa romantis tersendiri. Berikut jepretan kamera saat mendung di beberapa lokasi di Mintobasuki Gabus Pati.




Senin, 11 April 2016

Desa Mintobasuki Desa Idaman

Desa ini adalah rumah kita. Rumah yang menjadikan kita selalu rindu tuk kembali tatkala merasakan penatnya negeri rantau. Di sinilah kita terlahir, tumbuh berkembang dan menjadi dewasa. Di sinilah kita merasa nyaman bersama para handai taulan dan kerabat. Di sini pulalah rumah bagi para leluhur kita, nenek moyang kita. Tentu banyak harapan yang tertambat untuk desa ini. Harapan-harapan indah untuk kita dan generasi kita di hari esok.

Setiap kita sah-sah saja merancang harapan indah itu menurut perspektif masing-masing. Mimpi-mimpi untuk mewujudkan desa yang menjadi idaman bagi penghuninya. Demikian pula harapan kami bahwa desa ini menjadi desa yang ASRI. Desa yang Aman, Sejahtera, Ramah dan Islami.

Aman dan rasa aman adalah sesuatu yang sangat penting dan harus ada untuk mengawali segala aktivitas kita. Tanpa rasa aman sangat sulit untuk bisa mewujudkan harapan-harapan kita. Tentu kita masih ingat histori masa penjajahan dulu dimana rasa aman tercabut dari kehidupan kita dan berganti rasa takut dan khawatir. Ancaman setiap waktu bisa saja datang, tidak hanya menghancurkan harta kita, tidak hanya menumpahkan darah kita tapi juga bisa mencabut nyawa kita. Betapa banyak air mata yang tertumpah, darah yang mengalir dan jiwa yang binasa demi untuk mewujudkan keamanan ini.

Keamanan adalah sesuatu yang mahal, yang mesti kita jaga dan kita syukuri sebelum kita melangkah pada tahapan-tahapan pembangunan selanjutnya.

Sejahtera. Setelah kita memiliki modal keamanan yang kuat, barulah kita bisa mewujudkan pembangunan yang telah kita susun tahap demi tahapnya. Pembangunan mestilah efektif dan efisien, jelas target yang akan diraih untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, bukan untuk memuaskan kepentingan elit tertentu. Titik final yang hendak dicapai oleh setiap proses pembangunan di sektor apa pun ujung-ujungnya adalah untuk peningkatan kesejahteraan bersama. Pembangunan tidaklah mesti diukur dari sesuatu yang sifatnya fisik. Peningkatan pendapatan, kesehatan yang lebih baik, perekonomian yang stabil, pendidikan yang layak dan pelayanan yang manusiawi adalah diantara hasil-hasil pencapaian pembangunan.

Inilah harapan kita, mewujudkan kesejahteraan, dari tingkat individu, keluarga hingga masyarakat.

Ramah. Karakter utama warga desa sekaligus ciri khas bangsa kita adalah keramah-tamahan penduduknya. Keramahan yang bisa dimaknai sikap kelembutan terhadap sesama, murah senyum, saling sapa, kepedulian terhadap sesama, menjaga hubungan, memahami perasaan orang lain dan saling tolong menolong adalah karakter bawaan yang diturunkan oleh nenek moyang kita. Dengan sikap terpuji yang masih melekat di setiap pribadi kita ini merupakan modal yang kuat untuk mewujudkan kerukunan, ketentraman, dan kerjasama yang baik antar warga dalam menyelesaikan segala permasalahan yang timbul di desa. Meski, sebagian kita sudah mulai meninggalkan sifat ini karena tergerus oleh derasnya arus informasi yang mengimpor berbagai budaya barat yang lebih eksklusif dan individualis yang mengintervensi budaya kita yang luhur.

Islami. Keramahtamahan bangsa kita inilah yang mempermudah masuknya ajaran Islam Indonesia. Sehingga tidak heran jika dalam waktu yang tidak lama para da'i dari Timur Tengah yang dikirim ke Jawa kala itu mampu mendakwahi masyarakat yang mayoritas masih menganut agama pagan (penyembahan berhala, animisme dan dinamisme) tanpa terjadi konflik yang berarti. Dan Alhamdulillah sampai saat ini kita lahir sebagai seorang muslim dan tinggal di tengah-tengah komunitas kaum muslimin.

Islam adalah way of life, jalan hidup yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan dan keselamatan yang hakiki baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Kita meyakini bahwa Islam lah satu-satunya agama yang benar di sisi Alloh, agama yang diterima oleh Alloh, dan Alloh tidak akan menerima agama apa pun selain Islam. Ini adalah keyakinan yang mesti kita tancapkan ke dada-dada kita dan kita tanamkan ke dalam sanubari anak cucu kita kelak.

Islam bukan hanya agama yang menjadi media bagi hablum minalloh (hubungan vertikal manusia dengan tuhannya) tapi juga menjadi pedoman bagi terciptanya hablum minannas (hubungan sesama manusia) yang harmonis. Islam membawa nilai-nilai kebenaran yang universal dalam kaitannya hablum minannas ini. Apa pun ajaran islam yang terkait muamalah sesama manusia akan cocok, pas dan selalu sempurna jika diaplikasikan. Bahkan hukum-hukum Islam memiliki jangkauan kedepan yang lebih jauh dalam melihat segala persoalan yang hadir di tengah-tengah manusia dari pada hukum-hukum buatan manusia itu sendiri yang sering kali perlu dilakuan revisi dan review.

Islam akan selalu sesuai di setiap waktu, di setiap tempat dan setiap kondisi. islam memberikan petunjuk dan solusi-solusi yang lebih mencakup dalam segala dimensi yang melampau apa yang dipikirkan manusia itu sendiri dalam melakukan problem solving.

Oleh karenanya, perlu kita bangga dengan Islam kita. Kebanggaan yang bukan kosong belaka akan tetapi dibuktikan dalam tindakan nyata dengan mempelajari dan mentadaburinya, mengamalkan dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan. mengajarkan dan mendidik diri kita, keluarga kita dan anak keturunan kita dengan pendidikan islam, serta bersabar dan tabah dalam menghadapi konsekwensi dan resiko yang mungkin saja timbul dari upaya dakwah tersebut.

Ketika kita sudah berusaha mengamalkan islam dengan baik, insya Alloh- pertolongan Alloh akan turun kepada kita, Jika tidak diberikannya saat ini tentu akan diberikan-Nya kelak jika kita menghadapNya.

Inilah empat point penting yang selalu menjadi harapan indah kami untuk desa ini. Semoga bisa terwujud Mintobasuki menjadi desa ASRI (Aman Sejahtera Ramah dan Islami).

Kamis, 07 April 2016

Petaniku Sayang, Petaniku Malang

Pertanian merupakan sektor terpenting bagi penyediaan kebutuhan pangan masyarakat. Bisa dibayangkan jika sektor ini bermasalah tentu akan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia berupa kelangkaan pangan yang akan mengancam kesejahteraan hidup. Kebutuhan pengan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak mungkin ditunda. Namun sayangnya sektor ini seolah menjadi 'anak tiri' dalam setiap kebijakan pemerintah. Banyak kebijakan untuk peningkatan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani namun sampai sekarang masih bisa dibilang jauh panggang dari pada api.

Diantara tujuan kebijakan pemerintah di sektor pertanian adalah untuk meningkatkan pendapatan petani yang akan berimbas pada kesejahteraan petani secara khusus dan masyarakat secara umum. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah telah menyusun serangkain program pendukungnya untuk diaplikasikan di lapangan. Mulai dari mengatur kebijakan harga, kebijakan perdagangan, kebijakan subsidi, kebijakan struktural, kebijakan pengaturan, kebijakan fasilitas, dan kebijakan intervensi.

Namun pada prakteknya banyak permasalahan yang timbul dilapangan terkait pelaksanaannya. Misalnya kebijakan subsidi untuk jenis pupuk tertentu yang memang dibutuhkan petani dengan tujuan menekan biaya produksi. Subsidi memang diberikan namun harga pupuk masih bisa dibilang relatif cukup tinggi, selain itu setiap tiba musim tanam hampir bisa dipastikan terjadi kelangkaan pupuk. Entah karena kapasitas produksi dan bahan baku yang yang kurang mencukupi atau karena faktor distribusi yang terhambat.

Kebijakan struktural misalnya dalam penyediaan tenaga penyuluh pertanian juga dirasa kurang memadai untuk bisa memberikan pendampingan bagi para petani untuk meningkatkan produktivitas mereka. Demikian pula perbaikan sarana pertanian dan penyedian tehnologi pertanian juga belum bisa banyak diharapkan dengan bukti masih banyaknya masyarakat kita yang masih menggunakan cara bertani konvensional dengan sistem tadah hujan, demikian pula belum banyak yang tahu dan menerapkan teknik-teknik bertani yang lebih modern. 

Disamping itu banyaknya permasalahan yang dihadapi petani lainnya semisal kian meningkatnya varietas hama sedangkan dan di sisi lain melambungnya harga obat-obatan pertanian yang nyaris tak terjangkau turut menjadi simalakama. Dan masih segudang permasalahan-permasalahan lain. Perlu adanya keseriusan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut jika tidak ingin kesejahteraan petani kian terpuruk.

 Pertanian merupakan sektor yang menjadi tumpuan hidup bagi jutaan warga, jadi kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan pekerjanya semestinya juga perlu mendapat perhatian dan tdak bisa dipandang sebelah mata.


Senin, 04 April 2016

Kemana Arah Pendidikan Diniyyah Anak Kita

1457930599087Bocah-bocah itu selalu memberikan harapan bagi saya. Bocah-bocah berpeci dan berkoko. Berjilbab dan berkerudung. Di siang yang terik mereka menuju TPQ Desa, mengayuh sepeda-sepeda kecil mereka setelah sejenak melepas lelah dari sekolah. Membawa buku saku Qira'ati. Mengahadap ustadz dan ustadzah. Mengeja huruf demi huruf hijaiyyah, sampai mampu merangkainya dalam lantunan ayat-ayat Al Qur'an. Bocah-bocah itu selalu memberikan optimisme bagi saya bahwa kedepannya masih ada harapan baik bagi generasi di sini. Generasi yang lebih Qur'ani dan Islami.

Meski harapan ini terkadang harus pupus tatkala melihat realita yang ada. Kenapa? Setiap tahun ada belasan santri baru yang belajar di sana. Dan setiap tahun, bisa jadi belasan atau lebih anak-anak yang dinyatakan telah lulus dan mampu menjadi qari' (pembaca ) Al Qur'an. Namun, kemana saja mereka setelah lulus dari madrasah diniyyah ini?Apakah mereka sudah menjadi pribadi-pribadi muslim yang Qur'ani? Sesuai harapan ustadz dan ustadzah yang mengampu mereka?

Ilmu Dien (Islam) ini sangatlah luas, laksana lautan tak bertepi. Jika kita saat ini sudah cakap dalam membaca qur'an dengan segela perangkat ilmu tajwid untuk memfasihkannya, artinya kita saat ini baru berdiri di tepian pantai dari samudera yang luas. Kita belum lagi menginjakkan kaki di pasir putihnya, belum lagi merasakan basah kaki kita oleh deburan ombak pantai, belum lagi kita berenang-renang ditepiannya, belum lagi kita menyelam di dasarnya untuk mendapatkan mutiara-mutiara indah nan berkilau di dalamnya. Perlu adanya pendidikan diniyyah yang berkelanjutan, tidak hanya cukup di level ini saja. Tentu ini menjadi bahan renungan kita bersama dan para pengelola madrasah diniyyah.

Kata kuncinya adalah perlu adanya pendidikan diniyyah yang berkelanjutan, tidak cukup sampai pada level 'sudah mampu membaca Qur'an' saja. Dengan adanya pengajaran yang berkelanjutan inilah harapan pembentukan generasi-generasi Islami bisa terwujud.

20151220155928.jpg Adakalanya kita membaca Qur'an, tapi tahukah kita bahwa di dalam Al-Qur'an yang kita baca dan sebagiannya kita hafal ada perintah sholat, berjilbab menutup aurot, menghormati orang tua, menghormati sesama muslim, menjauhi perkara-perkara mungkar baik dalam ucapan dan tindakan dan lain sebagainya? Kenyataannya banyak di antara kita yang sekedar baca namun belum memahami makna yang terkandung di dalamnya. Pada kenyataannya banyak diantara kita yang masih biasa meremehkan dan meninggalkan sholat, menganggap jilbab bagi muslimah bukan hal wajib, masih melakukan hal-hal yang dilarang syariat dengan sengaja dan terang-terangan baik perkataan maupun perbuatan. Mungkin ini adalah dampak dari pengajaran yang tidak berkesinambungan yang perlu kita benahi. Perlu ditanamkan benak kita bahwa belajar Islam itu 'minal mahdi ilal lahdi' (ayunan sampai lahat).

Lalu siapa yang mesti bertanggung jawab dalam hal ini? Bertanggung jawab dalam mencetak generasi-generasi yang tidak hanya pintar dan fasih dalam membaca Qur'an namun juga berakhlaq karimah dan menjunjung tinggi nilai-nilai Diniyyah?

Pertama -dan ini yang paling mungkin- adalah peran dari madrasah TPQ. TPQ sebenarnya bisa menjadi sarana yang strategis untuk menanamkan pendidikan Islami bagi para santrinya. Waktu 2 jam setiap harinya jika dimanage dengan baik, dengan kurikulum dan materi yang terarah tentu bisa memberikan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian perlu adanya evaluasi dan kalau perlu ada penataan ulang terhadap sistem yang selama ini berjalan.

 Kedua, mulai menghidupkan lagi masjid-masjid dan mushala-mushala yang kita miliki untuk kegiatan-kegiatan dakwah dan diniyyah dengan menyasar generasi muda dan anak-anak. Saat ini kita memiliki 5 mushalla dan 1 masjid jami', jika kita bisa memanfaatkan sarana ini untuk perbaikan umat tentu akan sangat efektif. Tentu kita masih ingat peran masjid dan mushala di era 80-90an sebagai post-post tarbiyah (pendidikan) anak. Di sana kita belajar banyak hal tentang ilmu-ilmu diniyyah meski hanya dalam rentang waktu maghrib sampai isya'. Bukan sekedar baca Qur'an, tapi juga mempelajari fikih-fikih praktis ibadah. Secara tidak langsung kita telah mendekatkan para santri didik ini dengan tempat suci sehingga dia tidak perlu merasa canggung ketika harus beraktivitas di sana. Dan satu hal lagi kelebihan masjid yang tidak dimiliki oleh sekolah sore di TPQ adalah melatih para santri untuk mengerjakan sholat tepat waktu dengan berjamaah, yang hal ini tidak mungkin dilakukan di kelas TPQ. Tentu kita tidak ingin melihat anak-anak yang tetap asik dengan belajarnya padahal adzan sholat sudah berkumandang dari masjid. Kita belajar Qur'an bukankah untuk memenuhi panggilan Alloh? Agar kita bisa bersujud dan bersimpuh dengan benar dihadapan-Nya?



Harapan kedepannya hal-hal yang terkait perbaikan umat semacam ini mendapat perhatian khusus dari pemerintahan desa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Perlu ada keseriusan jika kita tidak ingin generasi islami ini nantinya punah dari desa kita.
Setidaknya, semangat dari anak-anak TPQ ini bisa memberikan motivasi bagi kita untuk memberikan yang terbaik bagi mereka.



 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)