*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Senin, 04 April 2016

Kemana Arah Pendidikan Diniyyah Anak Kita

1457930599087Bocah-bocah itu selalu memberikan harapan bagi saya. Bocah-bocah berpeci dan berkoko. Berjilbab dan berkerudung. Di siang yang terik mereka menuju TPQ Desa, mengayuh sepeda-sepeda kecil mereka setelah sejenak melepas lelah dari sekolah. Membawa buku saku Qira'ati. Mengahadap ustadz dan ustadzah. Mengeja huruf demi huruf hijaiyyah, sampai mampu merangkainya dalam lantunan ayat-ayat Al Qur'an. Bocah-bocah itu selalu memberikan optimisme bagi saya bahwa kedepannya masih ada harapan baik bagi generasi di sini. Generasi yang lebih Qur'ani dan Islami.

Meski harapan ini terkadang harus pupus tatkala melihat realita yang ada. Kenapa? Setiap tahun ada belasan santri baru yang belajar di sana. Dan setiap tahun, bisa jadi belasan atau lebih anak-anak yang dinyatakan telah lulus dan mampu menjadi qari' (pembaca ) Al Qur'an. Namun, kemana saja mereka setelah lulus dari madrasah diniyyah ini?Apakah mereka sudah menjadi pribadi-pribadi muslim yang Qur'ani? Sesuai harapan ustadz dan ustadzah yang mengampu mereka?

Ilmu Dien (Islam) ini sangatlah luas, laksana lautan tak bertepi. Jika kita saat ini sudah cakap dalam membaca qur'an dengan segela perangkat ilmu tajwid untuk memfasihkannya, artinya kita saat ini baru berdiri di tepian pantai dari samudera yang luas. Kita belum lagi menginjakkan kaki di pasir putihnya, belum lagi merasakan basah kaki kita oleh deburan ombak pantai, belum lagi kita berenang-renang ditepiannya, belum lagi kita menyelam di dasarnya untuk mendapatkan mutiara-mutiara indah nan berkilau di dalamnya. Perlu adanya pendidikan diniyyah yang berkelanjutan, tidak hanya cukup di level ini saja. Tentu ini menjadi bahan renungan kita bersama dan para pengelola madrasah diniyyah.

Kata kuncinya adalah perlu adanya pendidikan diniyyah yang berkelanjutan, tidak cukup sampai pada level 'sudah mampu membaca Qur'an' saja. Dengan adanya pengajaran yang berkelanjutan inilah harapan pembentukan generasi-generasi Islami bisa terwujud.

20151220155928.jpg Adakalanya kita membaca Qur'an, tapi tahukah kita bahwa di dalam Al-Qur'an yang kita baca dan sebagiannya kita hafal ada perintah sholat, berjilbab menutup aurot, menghormati orang tua, menghormati sesama muslim, menjauhi perkara-perkara mungkar baik dalam ucapan dan tindakan dan lain sebagainya? Kenyataannya banyak di antara kita yang sekedar baca namun belum memahami makna yang terkandung di dalamnya. Pada kenyataannya banyak diantara kita yang masih biasa meremehkan dan meninggalkan sholat, menganggap jilbab bagi muslimah bukan hal wajib, masih melakukan hal-hal yang dilarang syariat dengan sengaja dan terang-terangan baik perkataan maupun perbuatan. Mungkin ini adalah dampak dari pengajaran yang tidak berkesinambungan yang perlu kita benahi. Perlu ditanamkan benak kita bahwa belajar Islam itu 'minal mahdi ilal lahdi' (ayunan sampai lahat).

Lalu siapa yang mesti bertanggung jawab dalam hal ini? Bertanggung jawab dalam mencetak generasi-generasi yang tidak hanya pintar dan fasih dalam membaca Qur'an namun juga berakhlaq karimah dan menjunjung tinggi nilai-nilai Diniyyah?

Pertama -dan ini yang paling mungkin- adalah peran dari madrasah TPQ. TPQ sebenarnya bisa menjadi sarana yang strategis untuk menanamkan pendidikan Islami bagi para santrinya. Waktu 2 jam setiap harinya jika dimanage dengan baik, dengan kurikulum dan materi yang terarah tentu bisa memberikan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian perlu adanya evaluasi dan kalau perlu ada penataan ulang terhadap sistem yang selama ini berjalan.

 Kedua, mulai menghidupkan lagi masjid-masjid dan mushala-mushala yang kita miliki untuk kegiatan-kegiatan dakwah dan diniyyah dengan menyasar generasi muda dan anak-anak. Saat ini kita memiliki 5 mushalla dan 1 masjid jami', jika kita bisa memanfaatkan sarana ini untuk perbaikan umat tentu akan sangat efektif. Tentu kita masih ingat peran masjid dan mushala di era 80-90an sebagai post-post tarbiyah (pendidikan) anak. Di sana kita belajar banyak hal tentang ilmu-ilmu diniyyah meski hanya dalam rentang waktu maghrib sampai isya'. Bukan sekedar baca Qur'an, tapi juga mempelajari fikih-fikih praktis ibadah. Secara tidak langsung kita telah mendekatkan para santri didik ini dengan tempat suci sehingga dia tidak perlu merasa canggung ketika harus beraktivitas di sana. Dan satu hal lagi kelebihan masjid yang tidak dimiliki oleh sekolah sore di TPQ adalah melatih para santri untuk mengerjakan sholat tepat waktu dengan berjamaah, yang hal ini tidak mungkin dilakukan di kelas TPQ. Tentu kita tidak ingin melihat anak-anak yang tetap asik dengan belajarnya padahal adzan sholat sudah berkumandang dari masjid. Kita belajar Qur'an bukankah untuk memenuhi panggilan Alloh? Agar kita bisa bersujud dan bersimpuh dengan benar dihadapan-Nya?



Harapan kedepannya hal-hal yang terkait perbaikan umat semacam ini mendapat perhatian khusus dari pemerintahan desa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Perlu ada keseriusan jika kita tidak ingin generasi islami ini nantinya punah dari desa kita.
Setidaknya, semangat dari anak-anak TPQ ini bisa memberikan motivasi bagi kita untuk memberikan yang terbaik bagi mereka.



0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)