*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Area Persawahan di sebelah timur Desa Mintobasuki

Lahan pertanian yang cukup luas membentang di bagian timur desa. Hasil pertanian yang dihasilkan antara lain padi, jagung, kacang-kacangan dan beraneka ragam sayuran.

Kali Tambak untuk sarana irigasi pertanian

Sungai kecil yang membujur di sebelah timur desa yang berhulu di Sungai Silugonggo memiliki arti penting sebagai sarana irigasi.

Pesona desa Mintobasuki

Nuansa alam desa yang nyaman, udara yang segar, pemandangan yang indah menjadikan desa Mintobasuki kian anggun dan menyimpan pesona tersendiri.

Sektor pertanian yang perlu dikembangkan

Mintobasuki memiliki lahan pertanian sekitar 90 Hektar terdiri atas lahan basah dan kering. Oleh karenanya perlu ada upaya yang matang untuk mengembangkan sektor ini. Selain itu, pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar warga Mintobasuki sampai saat ini.

Sarana peribadahan yang cukup memadai

Desa Mintobasuki memiliki 5 Musholla dan 1 Masjid Agung Al-Amin yang saat ini dalam tahap pembangunan. Dengan adanya sarana penunjang yang cukup memadai ini diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan warga dalam beribadah.

Pertanian merupakan mata pencaharian mayoritas warga

Sektor pertanian tetap menjadi mata pencaharian dan primadona bagi masyarakat desa Mintobasuki, meski dengan seiring bertambahnya waktu, profesi dan mata pencaharian warga kian heterogen.

Sektor Perikanan di Mintobasuki

Sungai Silugonggo yang bermuara ke laut utara ternyata memberi berkah tersendiri bagi warga Mintobasuki. Hasil tangkapan ikannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup warga yang berprofesi sebagai nelayan.

Kamis, 05 Januari 2023

PENYALURAN BANTUAN UNTUK KORBAN BANJIR

 







Banjir di Desa Mintobasuki masih banyak menyita perhatian banyak kalangan. Berita-berita di media masih masih mengupdate perkembangan banjir. Desaku menjadi viral. Dan ini hampir setiap tahunnya.

Beberapa lembaga sudah terjun di sana untuk memberikan bantuan logistik, bahkan Bp Bupati pun langsung menyalurkan bantuannya kemarin dan sudah dibagikan ke warga yang terdampak.

Beberapa ikhwan pengajian yang telah saya kenal juga turut andil bagian untuk berpartisipasi membantu korban banjir. Dari menggalang dana, menyediakan logistik, hingga menyalurkannya secara langsung ke lokasi-lokasi yang paling parah terdampak.

Lembaga STQIS (Sekolah Tahfidz Al Qur’an Imam Syafi’i) bekerja sama dengan ikhwan yang tergabung di Pati Mengaji dan para relawan dari Radio Annida Lasem telah menyalurkan kebutuhan logistik berupa makanan dan minuman yang bisa langsung dikonsumsi warga. Hal ini mengingat karena kesulitan warga untuk memasak sendiri di saat rumah mereka banjir. Di samping itu penjual sayur dan lauk pauk pun tidak ada. Seandainya ada pun harganya sangat tinggi karena sulitnya tranportasi ke tempat-tempat yang kebanjiran.

Semoga amal baik dan kesungguhan mereka semua dibalas Allah dengan pahala yang besar. Amin.

                                                                                        


Selasa, 03 Januari 2023

Benarkah Pernyataan: Yang Penting Niatnya Baik.


Pernahkan kamu mendengar orang berkata begitu waktu ditegur waktu melakukan amalan yang keliru lalu berkilah: "yang penting kan niatnya baik".
Sebelum kita jawab, penting untuk mengetahui, apa sih sebenarnya niat itu? Niat, secara ringkas maknanya keinginan untuk mengerjakan sesuatu, baik sesuatu itu baik maupun buruk.
Nah, niat ini sangat penting dalam ibadah. Bahkan, ibadah menjadi tidak bernilai apa-apa kalau salah niat lho. Niat haruslah ada sebelum mengerjakan suatu ibadah.
Terkait niat ini ada beberapa hal yang mesti kita ketahui.

Pertama: Niat membedakan antara satu ibadah dengan ibadah yang lain. Contoh konkritnya, shalat misalnya. Ketika kita mengerjakan shalat, shalat apa yang kita kerjakan ini, shalat sunnahkah atau shalat wajib. Shalat rawatib ataukah shalat tahiyatul masjid. Semua ini dibedakan dengan niat. Demikian pula ibadah-ibadah yang lain seperti puasa, sedekah, dll. Silahkan di analogikan sendiri ya.

Kedua: Niat membedakan antara adat/kebiasaan dengan ibadah. Misalnya mandi, apakah mandi untuk sekedar membersihkan badan ataukah mandi wajib? Jika mandi untuk membersihkan badan atau biar segar, maka tidak ada nilai ibadahnya. Jika mandi wajib maka dinilai ibadah.
Contoh lain, memakai pakaian menutup aurat. Jika niatnya karena kebiasaan, tidak ada pahalanya. Jika niatnya untuk menutup aurat karena mematuhi perintah Allah dan RasulNya, tentu ini ibadah yang mulia.
Contoh lain, berlapar-lapar. Jika dia niatkan untuk diet, atau karena nggak ada yang dimakan, ini tidak ada nilai ibadahnya. Namun, jika dia niatkan berpuasa, tentu besar pahalanya karena termasuk amal ibadah. Silahkan di analogikan dengan amalan lainnya.

Ketiga: Niat yang benar adalah salah satu syarat diterimanya amal. Maksudnya? Jika melakukan amalan tidak dengan niat yang benar, yaitu ikhlas karena Allah, so pasti sia-sia amalannya. Misalnya biar dilihat orang atau calon mertua. Allah tidak akan menerima amal kecuali yang di dasari niat ikhlas. Pernah baca hadits ini kan:


إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

"Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya untuk Allah dan rasulNya, maka hijrahnya untuk Allah dan RasulNya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya mendapatkan sesuai yang diniatkannya" (HR Bukhari dan Muslim)


Nah, hadits di atas ada rumus sekaligus penerapannya. Rumusnya: Seseorang hanya mendapatkan apa yang diniatkannya. Contoh aplikasinya adalah dengan hijrah. Hijrah meninggalkan negeri kufur menuju negeri Islam adalah amalan yang utama. Namun jika salah niat, yang didapatkannya pun nol.
Selain niat, syarat diterimanya amal yang kedua adalah mengikuti contoh yang dipraktekkan Nabi shallallahu'alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Keempat: Niat baik tidak serta merta menjadikan amalan yang buruk menjadi baik. Misalnya, mencuri dengan niat untuk disedekahkan. Atau beribadah dengan amalan yang tidak pernah ada contoh dan asalnya dari syariat. Meski niatnya baik untuk beribadah kepada Allah, tapi karena caranya salah, maka niat yang baik tidak bisa menjadikan amalan buruk tersebut menjadi baik. Ini sebagai jawaban dari orang yang mengatakan yang penting niatnya baik.

Kelima: Niat yang ditujukan kepada Allah tidak perlu diucapkan denga lisan. Allah Maha Tahu apa yang ada di hati kita dan apa yang kita niatkan. Ketika kita beribadah, Allah tahu niat dalam hati kita, untuk Allah semata atau untuk selainNya. Allah menilai apa yang ada di dalam hati kita dan akan memberi balasan sesuai niat kita.
Beda halnya dengan niat yang kita tujukan kepada sesama manusia. Ini mesti diucapkan. Misal kita berniat bayar hutang, ketika menyerahkan uang pelunasan mesti kita sampaikan ke orangnya agar dia paham bahwa uang yang kita serahkan untuk bayar hutang, bukan dikasihkan cuma-cuma. Jika kita cuma menyerahkan uang begitu saja kepada orang yang menghutangi kita tentunya dia tidak tahu maksud kita, untuk bayar hutang atau untuk yang lainnya.
Begitu juga dengan seluruh akad-akad lainnya yang berkaitan dengan muamalah kepada sesama manusia mesti ada ijab qabulnya.
Sekian, semoga ada manfaatnya.

Minggu, 01 Januari 2023

DIKEPUNG BANJIR

Ahad, 1 Januari 2023


Ahad ini jemput anak-anak setelah liburan 2 pekan di kampung. Tapi qadarullah, hujan beberapa hari ini sepertinya tidak ada jedanya. Sejak tiba di kampung hari Kamis kemarin sampai sekarang hujan rasanya enggan berhenti. Kalau tidak hujan deras ya hujan rintik-rintik, membuat enggan para penghuni rumah untuk keluar. Mendung pekat pun masih bergelayutan di langit menandakan rinai hujan belum akan mereda.

Sementara banjir sudah mulai menggenangi beberapa ruas jalan sejak hari-hari kemarin. Jalan menuju karangnyar sudah tergenang selutut kemarin dan hari ini tentunya lebih dalam. Kemarin aku sama anak-anak pergi ke rumah Mbahnya di kulonan jalan kaki dari Koripan karena tidak mungkin ditempuh dengan kendaraan. Kedalaman air per kemarin untuk yang paling dalam sudah di atas paha. Sedangkan di dalam rumah sudah di atas lutut. Hari ini tentunya sudah naik lagi. Ruas jalan menuju jalan besar terendam semua, dari Tisari, Ngantru, apalagi Kulonan.

Lahan pertanian di saat-saat seperti ini sudah tidak bisa diharapkan lagi. Sebelumnya juga sudah banjir. Ketika bajir surut, sebagian tanaman padi rusak dan musnah, sedangkan yang masih bertahan tidak selamat dari serangan hama. Daun menguning. Entah apa sebabnya. Belum selesai teratasi masalah itu, datang banjir susulan saat ini. Sempurna sudah. Musnah semua. Petani harus banyak bersabar dan berdo’a. Aku cuma kasihan sama Bapak Ibuku, karena mereka juga petani dan tanaman padinya juga jadi santapan banjir. Padahal ketika memanen mereka berharap memanen. “Gak opo-opo, kancane akeh “(Nggak apa-apa, yang lain juga banyak) begitu ucapnya menghibur diri. Tapi kerugian tetap kerugian.

Hari ini, sekitar jam 12.30 siang kami berangkat lagi ke Solo dengan mobil carteran. Dari rumah langsung ambil jalan memutar ke Winong Kidul. Ini satu-satunya rute yang selamat dari banjir, info dari Om Muji yang tadi pagi berangkat ke Pati via Winong. Jarak ke Gabus yang harusnya cuma sekitar 5 km menjadi 17 km lebih. Melintasi Wareng lalu ke Botok, lalu ke Winong Pasar, dilanjutkan menuju ke Gabus. Jangan tanya kondisi jalannya, mulus atau tidak? Aspal yang berlubang-lubang dengan genangan air di tengahnya. Wanita hamil tua sebaiknya jangan lewat sini, bisa keguguran.

Alhamdulillah ruas jalan Kayen sudah bisa dilalui sejak sore kemarin sebelumnya lumpuh total karena banjir. Berita di sosmed di saat-saat seperti ini sangat membantu untuk memantau perkembangan situasi.

Banjir ini bukan tanpa sebab. Semua musibah ada sebabnya. Maksiat. Ya, maksiatlah yang menjadikan sebab dari suatu musibah. Ini hanya sedikit kompensasi dari maksiat yang kita lakukan, seandainya setiap maksiat ada mompensasinya mungkin saja kita sudah punah sejak dulu kala.

Jumat, 23 Desember 2022

Jagalah Nikmat Hidayah Agar Langgeng


Kita semua sepakat, bahwa hidayah itu sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan kita. Hidayah yang saya maksudkan adalah hidayah Islam, hidayah Iman dan hidayah kepada jalan yang lurus. Bahkan, sehari semalam, minimal 17 kali kita meminta agar diberikan hidayah oleh Allah agar ditunjukkan kepada jalan yang luruh.

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَ‌ٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ صِرَ‌ٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

"Tunjukilah kami jalan yang lurus; (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". (Al Fatihah: 6-7)

Kita baca do'a ini ketika berdiri menghadap Allah, baik siang atau pun malam.

Allah lah yang memerintahkan kita membaca do'a ini, tentunya Allah mengetahui kemaslahatan hidayah ini bagi seorang hamba. Karena, tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali di situ ada kebaikan yang banyak, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui.

Saya banyak menyaksikan dalam kehidupan ini, bahwa hidayah ini adalah sebuah karunia agung yang tidak Allah berikan kepada sembarang orang. Hanya orang yang layak menerimanya saja yang akan Allah berikan hidayah. Allah berfirman:

وَٱللَّهُ يَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَ‌ٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍ

"Dan Allah memberikan hidayah kepada jalan yang lurus bagi siapa yang dikehendakinya" (Al Baqarah: 213)

Hidayah taufiq agar seseorang bisa merasa lapang dadanya dengan syariat Allah adalah murni Allah saja yang bisa memberikannya. Bahkan Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- saja tidak bisa memberikan hidayah taufiq kepada pamannya, Abu Thalib. Padahal beliau adalah sebaik-baik pemberi nasehat sebagaimana yang Allah kukuhkan dalam ayatNya:

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

"Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus" (Asy Syura': 56)

Namun seberapa pun besar usaha beliau, tetap saja hidayah ada di tangan Allah. Abu Thalib tetap meninggal dalam kekafiran padahal dialah yang banyak membela Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dari makar orang-orang kafir Quraisy ketika beliau berdakwah di Makkah.

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

"Sesungguhnya engkau tidak bisa memberikan hidayah (taufiq) kepada orang yang engkau cintai akan tetapi Allah memberika hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia (Allah) lebih mengetahui orang-orang yang layak mendapat hidayah" (QS Al Qashash: 56)

Saya jumpai beberapa teman dan kenalan yang telah Allah berikan hidayah dan taufiq kepadanya, namun akhirnya berguguran satu persatu dari jalan hidayah. Tidak kuat menahan panasnya bara api hidayah yang ada digenggamannya. Akhirnya dia lebih memilih mundur ke belakang, melemparkan hidayah tersebut dan kembali pada kehidupan sebelumnya. Dan yang lebih mengenaskan, dia merasa baik-baik saja padahal dia sedang sakit parah. Kembalilah dia kepada perkara-perkara yang diharamkan Allah, mulai meremehkan perintah-perintahNya. Akhirnya dia kembali ke pelukan setan. Na'udzu billah.

Namun, di kasus lain, saya juga menjumpai seseorang yang dulu saya kenal sebagai orang yang jauh dari cahaya hidayah, namun setelah sekian lama berpisah kini dia sudah berubah. Lebih Islami. Ada aura keshalihan dan hidayah dalam dirinya. Dia sudah banyak belajar dalam kehidupan ini sehingga bisa naik kelas.

Hidayah adalah karunia yang berharga, ketika sudah diberikan kepada kita, tinggal kita pandai-pandai menjaganya, merawatnya, dan mensyukurinya. Dengan cara apa? Banyak-banyaklah melakukan ketaatan, jauhilah kemaksiatan-kemaksiatan, dan banyaklah bergaul dengan orang-orang yang juga mendapatkan hidayah. Bergaul dengan orang-orang yang shalih akan memberikan dampak positif dalam kehidupan iman kita. Karena, bergaul dengan mereka akan ada tawashi bil haq wa tawashi bis shabr, 'saling menasehati untuk menetapi kebenaran dan menetapi kesabaran'.

Semoga Allah senantiasa melanggengkan nikmat hidayah ini bagi kita, dan semoga Allah juga memberikan hidayah bagi segenap kaum muslimin. Amin.


Abu Unais Pati,

Karanganyar, 24 Des 2022.






Senin, 03 Juni 2019

Kepemimpinan ala Premanisme

Beberapa waktu yang lalu ada seorang teman (27 thn) yang curhat ke saya bagaimana dia diperlakukan dengan sangat tidak beradab oleh seorang oknum yang berpangkat ketua R* di sebuah desa. Ceritanya, seperti biasa habis maghrib dia datang ke salah satu musholla di desa ini untuk belajar baca Al-Qur'an. Buku IQRA' sudah dibawa dari rumah. Baru IQRA' jilid 4. Dia seorang pemula yang ingin bisa baca Al-Qur'an.


Sesampai di depan mushalla, kawan saya ini langsung dihadang si oknum penguasa R* ini yang langsung meradang dan mengomelinya. Si oknum melarang kawan saya untuk ikut ngaji di musholla tersebut. "Kalau ditempatmu saja kamu ditolak apa lagi di sini", demikian damprat oknum ini sambil menunjuk-nunjuk wajah teman saya. Teman saya yang tak tau menahu urusannya apa jadi bingung. Sempat pingin emosi juga, tapi dia tahan. Dia hanya bisa bilang nggih...nggih...saja.


Nah, usut punya usut ternyata si teman ini dilarang ikut ngaji karena dicurigau sebagai genk teroris. Sungguh fitnah yang sangat keji. Akhirnya teman saya ini tidak lagi ikut ngaji di situ.


Saya tau benar siapa kawan saya ini, dia hanya seorang pemuda lajang yang berpendidikan rendah berprofesi sebagai tukang kayu borongan di Kayen. Dia punya tekad untuk belajar baca Qur'an. Awalnya dia belajar sama saya, tapi karena saya pindah tempat kerja, dia saya sarankan belajar ke rekan saya yang ada di dukuh lain yang masih satu desa. Dia baru beberapa kali ngaji di sana sebelum terjadi insiden ini. Kecurigaan bahwa kawan saya ini terlibat teroris adalah mengada-ada dan fitnah belaka.


Beberapa tahun silam,  di pertengahan Ramadhan, dengan oknum berpangkat ketua R* yang sama, yang kala itu dia baru dilantik beberapa hari menduduki jabatannya oleh kades junjungannya yang juga baru terpilih. Saat itu saya dan beberapa kawan di undang berbuka puasa bersama. Sekitar 10 orang, atau kurang dari itu. Habis maghrib oknum ini mendatangi kami, dengan gaya premannya yang khas, dia berkata: "Kalau tidak ada izin aku obrak-abrik sini nanti".

Hebat bukan. Baru pangkat kopral saja bisa begitu ngomongnya, apalagi kalau jadi jendral. Anda bisa bayangkan malunya teman saya yang ngundang bukber ini.


Dua kisah di atas adalah nyata. Bukan fiktif.


Sebenarnya, inti yang mau saya sampaikan dari dua fragmen cerita di atas adalah tentang karakter kepemimpinan. Ada tipe pemimpin yang memimpin dengan gaya premanisme. Apa-apa harus diselesaikan dengan otot dan urat syaraf. Siapa yang ototnya paling besar dan suaranya paling kencang bisa dipastikan dialah pemenangnya.


Saya paham, ada tanggung jawab di pundak penguasa meski hanya selevel RT atau RW atau dusun dan sebagainya untuk mewujudkan ketertiban, kenyamanan dan keamanan di masyarakat. Namun janganlah tanggung jawab tersebut menjadikan anda overacting dalam menyelesaikan masalah yang bersinggungan dengan masyarakat yang notabenenya adalah tetangga kita sendiri, kerabat-kerabat kita sendiri dan teman-teman kita sendiri...


Pemimpin yang humanis, yang bisa memanusiakan manusia, melakukan pendekatan-pendekatan  manusiawi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di lingkungan, mengedepankan sikap persuasif bukan represif, mampu menghargai dan menghormati orang lain adalah karakter-karakter pemimpin yang ideal dan lebih bisa diterima di masyarakat.

Ingatlah, bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan akal dan perasaan. So, janganlah disamakan dengan segerombolan domba gembalaan yang apabila melenceng langsung bisa dipecut agar kembali. Cukuplah anda sikapi dengan bijaksana ketika anda lihat sesuatu yang anda anggap tidak beres dengan teguran yang baik, bicara yang manusiawi, diskusi dan tukar pikiran yang baik dan cara-cara simpatik lainnya yang lebih humanis. Dengan demikian anda akan terhormat di hadapan manusia dan orang-orang akan segan tanpa anda membentak-bentaknya. Ingatlah, do'a orang yang terdzalimi itu tidak ada hijab, janganlah anda didoakan jelek oleh orang-orang yang anda dzalimi akhirnya anda sendiri yang akhirnya berantakan.


Di jaman sekarang gaya kepemimpinan model premanisme sudah kedaluwarsa, Bung!!!

Kita tidak lagi hidup di zaman kolonial yang orang akan menkeret terkencing-kencing ketika ditodong bayonet. Wake up, Bung...atau anda akan jadi bahan ledekan cah angon.


Ingat, Bung. Ini zaman medsos dimana segala sesuatu diupload dan dikomentari. Jangan sampai anda memamerkan kebodohan anda yang pada akhirnya ditulis dan dibaca orang turun temurun.


Mintobasuki, 27 Mei 2019

Sepuluh terakhir Ramadhan 1440 H

Abu Unais

Minggu, 02 Juni 2019

Catatan di Penghujung Ramadhan 1440 H

Seseorang yang tidak pernah mencintai tidak akan pernah merasa kehilangan sesuatu yang dicintainya. Seseorang yang tidak pernah mencintai tidak akan pernah merasakan beratnya perpisahan.
Mereka yang tidak pernah mencintai dan berharap tak pernah peduli meski dia datang dan pergi berungkali.
Ramadhan 1440H akan segera berlalu dan kita tidak pernah tau apakah di tahun-tahun mendatang masih ada waktu untuk berjumpa lagi ataukah tidak. Ini adalah hari-hari yang berat bagi para pecinta Ramadhan.

Ada di antara manusia yang tidak peduli dengan bulan ini. Baginya tidak ada beda antara bulan ini dengan bulan-bulan lainnya. Tidak ada istimewanya. Tidak ada amalan-amalan khusus. Tidak ada puasa di siangnya, tak ada sholat di malamnya, tidak ada bacaan Qur'an, tidak ada istighfar...Kemaksiatan yang sudah menjadi kesehariannya tetap berjalan. Tidak ada kecintaan dengan bulan ini justru menjadikannya terbebani. Mereka ini golongan orang-orang fasiq yang telah Alloh cabut kelezatan bertaqarrub kepadaNya. Mereka masuk bulan Ramadhan dan keluar darinya tanpa mendapat ampunan. Na'udzu billah min dzalik.

Ada pula orang-orang yang mengetahui kemuliaan Ramadhan dan keagungannya, mengetahui keutamaannya dari seluruh bulan, mengetahui pahala dan ampunan di dalamnya namun tekad untuk meraih kemulian-kemuliaan tersebut timbul tenggelam, kadang redup kadang membara, terkadang semangat terkadang melemah keinginannya. Mereka ini lebih baik dari kelompok pertama, keutamaan yang didapatkannya seukuran tekad yang hidup di hatinya.

Terakhir, orang-orang yang sejak lama menanti hadirnya bulan Ramadhan bak kekasih yang sedang menanti pujaan hatinya. Dia persiapkan dirinya dengan sebaik-baik persiapan agar ketika datang Ramadhan dia bisa menyambutnya dan menghidangkan hidangan terbaik, dengan puasa, sholat malam, sedekah, istighfar, bacaan Qur'an, i'tikaf, menyambut lailatur Qadar dan amal-amal shalih lainnya. Mereka benar-benar memaksimalkan dirinya mengisi Ramadhan. Mereka inilah para wali-wali Alloh yang diharapkan akan mendapatkan kemuliaan, ampunan dan pahala yang besar tatkala Ramadhan berlalu.

Ada sebuah hadits dari Rasululloh shollallohu 'alaihi wa sallam yang membuat merinding orang-orang yang beriman terkait bulan Ramadhan ini:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم لَمَّا صَعِدَ الْمِنْبَرَ قَالَ: "آمِينَ آمِينَ آمِينَ": فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلَى ماَ أَمَّنْتَ؟ قَالَ: "أَتَانِي جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُرَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ دَخَلَ عَلَيْهِ شَهْرُ رَمَضَانَ ثُمَّ خَرَجَ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، قُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: رَغِمَأَنْفُ امْرِئٍ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ، قُلْ: آمِينَ. فَقُلْتُ: آمِينَ"

"Tatkala Rasululloh -shollallohu 'alaihi wa sallam naik mimbar berkata: "Amiin...Amiin..Amiin". Para sahabat bertanya: Apa yang engkau aminkan wahai Rasululloh?
Beliau bersabda: "Jibril datang kepadaku dan berkata: Wahai Muhammad, celakalah seseorang yang namamu disebutkan di sisinya namun dia tidak bersholawat kepadamu. Katakan 'amiin'. Maka aku pun mengatakan amiin.
Kemudian ia (Jibril) berkata lagi: Celakalah seseorang yang masuk padanya bulan Ramadhan kemudian berakhir namun tidak diampuni dosanya. Katakan amiin. Maka aku pun katakan amiin.
Kemudian ia (Jibril) berkata lagi: Celakalah seseorang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya namun tidak bisa memasukkannya ke surga. Katakan amiin. Maka aku pun katakan amiin". (HR Al-Bazzaar, Muslim dan Ibnu Majah)

Semoga di Ramadhan kali ini Alloh -ta'ala- berkenan menerima amal-amal kebaikan yang kita kerjakan dan mengampuni dosa-dosa kita dan kelak menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita dihadapan Alloh yang menjadi sebab kita dimasukkan surga oleh Alloh ta'ala.

Akhir kata saya berdo'a:
تقبل الله منا و منكم، سيامنا وسيامكم و سائر الأعمال في هذا شهر رمضان و غفر الله لي ولكم ، إنه هو الغفور الرحيم.

Penghujung Ramadhan 1440
Mintobasuki, 3 Juni 2019
Abu Unais

Sabtu, 01 Juni 2019

Kiat Sukses Hidup Bermasyarakat

Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa hidup bermasyarakat itu penuh dinamika. Manusia akan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya; baik untuk mendapatkan kemaslahatan bersama atau pun untuk menolak kemudharatan yang tak diinginkan. Tidak jarang pula karena interaksi-interaksi ini menimbulkan gesekan-gesekan yang mengganggu keharmonisan hubungan bermasyarakat. Oleh karenanya untuk menjaga keharmonisan tersebut dibutuhkan 'seni' khusus agar tetap utuh.

Berikut ini di antara kiat-kiat untuk menjaga dan merawat keharmonisan tersebut:

PERTAMA: بذل الندى yaitu sifat kedermawanan dan pemurah. Secara tabiat, manusia menyukai sifat dermawan dan sebaliknya membenci sifat kikir. Dan dermawan tidak mesti dengan harta, tapi bisa juga dengan tenaga, pikiran, kedudukan, jabatan, bahkan dengan memberikan pinjaman hutang kepada orang yang membutuhkan sekali pun.
Kedermawanan adalah cara paling ampuh untuk merekatkan hubungan yang jauh, memadamkan bara api permusuhan, dan menjadikan kita saling mencintai.
Dalam sebuah hadits Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda:
تَهَادُوا تَحَابُّوا
"Salinglah kalian berkirim hadiah niscaya kalian akan saling mencintai" (HR Bukhari)

Seseorang yang memiliki tenaga dan pikiran bisa mendermakan tenaga dan pikirannya untuk membantu sesama, bisa dengan mengajarkan ilmu, memberikan bimbingan baik dalam urusan Dien maupun dunia,  memberikan saran dan masukan dan lain-lain selama diperlukan.

Demikian dengan jabatan dan kedudukan yang dimiliki seseorang bisa membantu orang lain dalam bentuk rekomendasi atau tazkiyah selama tidak ada unsur kedzoliman dan penipuan.

Bahkan memberikan pinjaman harta kepada orang yang membutuhkan dan memberikan tangguh pelunasan pinjaman adalah bentuk kedermawanan, selama tidak ada unsur-unsur terlarang secara syar'i.

KEDUA: كف الأذى yaitu menjaga diri untuk tidak mengganggu dan menyakiti orang lain. Gangguan disini bisa dengan fisik maupun nonfisik. Gangguan fisik misalnya menyakiti seseorang dengan tangan dan tindakan anarkhis, apakah anarkhis terhadap fisik seseorang secara langsung maupun kepada harta benda orang lain dengan merampas, merusak, mencurinya, dll.

Sedangkan gangguan nonfisik misalnya dengan kata-kata yang bisa menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain baik dengan umpatan, celaan, ghibah, buli, nyinyir, sindiran, fitnah, hoax dll. Terkait hal ini, Rasululloh -shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْلِسَانِهِ وَيَدِهِ
"Seorang muslim (sejati ) adalah jika kaum muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya". (HR Bukhari & Muslim)
Dalam hadits lain Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda:
إن دمائكم و أموالكم و أعراضكم عليكم حرام ،كحرمة يومكم هذا، في شهركم هذا في بلدكم هذا
"Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian dan kehormatan kalian adalah haram, sebagaimana keharaman hari kalian ini (hari tasyrik), di bulan kalian ini (Dzulhijjah) dan negeri ini (tanah haram Makkah)". (HR Bukhari & Muslim)

KETIGA: طلاقة الوجه yaitu wajah yang cerah dan berseri-seri ketika berjumpa dengan orang lain. Wajah yang berseri dan murah senyum itu sendiri adalah pancaran bagusnya akhlak seseorang. Sebaliknya, wajah yang selalu cemberut dan masam menunjukkan sikap yang kurang bersahabat, hati yang keras dan akhlak yang kurang baik.

Senyuman yang tulus tatkala berjumpa bisa memasukkan kebahagiaan di hati orang lain, mengesankan persahabatan yang baik dan kepribadian yang simpatik. Ini semua bisa mencairkan hubungan yang dingin dan membeku sekalipun sehingga hubungan kembali hangat dan mencair, menumbuhkan rasa saling cinta dan membuahkan rasa persaudaraan yang kuat.
Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
"Janganlah kalian meremehkan kebaikan sekecil apa pun meski hanya berwajah ceria ketika bertemu saudaramu" (HR Muslim)

Dan sisi positif lain dari wajah yang ceria adalah diperolehnya pahala, sebagaimana sabda Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam-:
تبسمك في وجه أخيك صدقة
"Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah" (HR Tirmidzi).

Demikian sedikit kiat agar kita bisa sukses hidup bermasyarakat.
Allohu a'lam.

***Abu Unais ***

Minggu, 04 November 2018

Kajian Rutin dihentikan Warga

Kabar yang sangat menyedihkan dari kampung kita, desa Mintobasuki Kec Gabus Kab Pati tentang dilarangnya aktivitas taklim di salah satu Musholla desa, tepatnya Musholla Utsman bin Affan dukuh Kulonan RW 02. Pengajian rutin malam ahad bakda maghrib – Isya yang sudah berjalan sekitar 2 tahun yang setiap pertemuannya membahas kitab-kitab ulama klasik itu pun akhirnya tidak bisa dilanjutkan. Pengajian yang dihadiri warga Mintobasuki sekitar 7 sampai 10 orang, menurut Abu Unais diperuntukkan untuk umum warga sekitar, bukan untuk warga dari luar Mintobasuki.

Pelarangan ini berdasarkan permintaan ketua RT 01/02 (Trimo) dan ketua RW 02 (Gendut). Alasan penutupan adalah karena tidak ada izin dari keua RT/RW sekitar dan juga dikhawatirkan menjadi basis aliran Radikal atau ISIS.

Mengenai perijinan, Purwanto (39) tahun akhirnya meminta izin ke ketua RT setempat agar pengajian rutin ini masih bisa berjalan. Sedangkan menurut Abu Unais (37), keharusan meminta izin ke ketua RT adalah alasan yang mengada-ada. “Dulu musholla ini juga dipakai untuk latihan rebanana warga sekitar tanpa izin, kenapa sekarang kita harus izin, padahal kami warga asli sini. Dan pengajian ini juga sifatnya terbuka, siapa pun boleh ikut, mau ikut ngaji boleh, sekedar hadir lalu memberi koreksi terhadap yang disampaikan pemateri juga boleh, sepanjang ilmiah dan bisa diterima secara kaidah ilmu syar'i”. Abu Unais menam bahkan, “Baiklah, sekarang kita minta izin, apakah akan diizinkan? Tentu tidak diizinkan. Padahal dulu kami ini juga ikut andil untuk pendirian mushalla ini”, imbuhnya. “Kalau memang ada warga luar Mintobasuki yang hadir, ya saya kira perlu perizinan karena sudah masuk ke wilayah desa orang lain”.

Tentang tuduhan keterlibatan dengan ISIS Abu Unais menegaskan, “Kami tidak ada sangkutpautnya dengan kelompok radikal manapun apalagi ISIS. Bahkan kami mengecam dengan sekeras-kerasnya setiap bentuk terorisme dan anarkhisme yang mengatasnamakan agama Islam. Saya asli sini, semua warga sini kenal saya, dan saya dituduh pengikut aliran teroris bukan cuma kali ini tapi sudah sejak kasus bom Bali belasan tahun silam. Kalau memang kami terlibat dalam jaringan tersebut, pihak keamanan pasti sudah menangkap saya sejak dulu. Buktinya, saya sekarang masih baik-baik saja. Warga sini ini terlalu berlebihan”.

Pengajian yang dinilai eksklusif oleh sebagian warga ini diisi oleh Ust Umair adik dari Abu Unais. Dulunya dia pernah menempuh pendidikan selama 3 tahun di PP Umar bin Khottob Selokuro, Paciran, Lamongan. Abu Unais membantah tentang isu pengajian eksklusif ini, “Warga sini ini sangat rendah pengetahuan agamanya disamping itu juga malas untuk mendalami agama. Kami sebenarnya membuka kajian ini untuk umum, silahkan, siapa pun boleh ikut. Bahkan pengumuman sudah saya infokan via medsos. Setiap kajian kami rekam, sebagiannya kami upload di internet, lalu linknya kami share. Silahkan, siapa pun bisa mendownload isi kajian tersebut. Semua terbuka, tidak ada yang perlu kami tutup-tutupi. Mau memberikan kritikan ilmiah juga monggo. Mau hadir untuk memata-matai saja juga monggo. Nggak ada yang perlu kami sembunyikan karena kalau kami benar pasti tidak taku-takut untuk terus terang”.

Abu Unais menambahkan, “Jangankan untuk hadir kajian, sholat 5 waktu saja mungkin warga sini masih merasa berat. Ini kenyataan. Silahkan dicek berapa banyak warga sini yang mau sholat 5 waktu di masjid? Ada sepuluh orang sudah bagus. Jadi bukan kami yang eksklusif atau membatasi kajian, cuma memang warga tidak ada yang mau hadir dan yang hadir cuma itu-itu saja. Ini yang menimbulkan kesan eksklusif”.

Taklim ini membahas kitab-kitab berbahasa Arab asli, sampai saat ini sudah ada 2 Kitab yang sedang dibahas. Pertama Kitab shifat sholat Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- yang ditulis syaikh Nashiruddin Al Albani salah seorang Ulama besar kelahiran Yordania yang sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bisa didapatkan di toko-toko buku utama. Kitab kedua yang masih dibahas adalah At Tahdzib Fi Adilati Matanil Ghoyah wat Taqrib yang ditulis Syaikh Mustafa Dibul Bagha. Kitab ini merupakan kitab madzhab Syafiiyyah.

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)