Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa hidup bermasyarakat itu penuh dinamika. Manusia akan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya; baik untuk mendapatkan kemaslahatan bersama atau pun untuk menolak kemudharatan yang tak diinginkan. Tidak jarang pula karena interaksi-interaksi ini menimbulkan gesekan-gesekan yang mengganggu keharmonisan hubungan bermasyarakat. Oleh karenanya untuk menjaga keharmonisan tersebut dibutuhkan 'seni' khusus agar tetap utuh.
Berikut ini di antara kiat-kiat untuk menjaga dan merawat keharmonisan tersebut:
PERTAMA: بذل الندى yaitu sifat kedermawanan dan pemurah. Secara tabiat, manusia menyukai sifat dermawan dan sebaliknya membenci sifat kikir. Dan dermawan tidak mesti dengan harta, tapi bisa juga dengan tenaga, pikiran, kedudukan, jabatan, bahkan dengan memberikan pinjaman hutang kepada orang yang membutuhkan sekali pun.
Kedermawanan adalah cara paling ampuh untuk merekatkan hubungan yang jauh, memadamkan bara api permusuhan, dan menjadikan kita saling mencintai.
Dalam sebuah hadits Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda:
تَهَادُوا تَحَابُّوا
"Salinglah kalian berkirim hadiah niscaya kalian akan saling mencintai" (HR Bukhari)
Seseorang yang memiliki tenaga dan pikiran bisa mendermakan tenaga dan pikirannya untuk membantu sesama, bisa dengan mengajarkan ilmu, memberikan bimbingan baik dalam urusan Dien maupun dunia, memberikan saran dan masukan dan lain-lain selama diperlukan.
Demikian dengan jabatan dan kedudukan yang dimiliki seseorang bisa membantu orang lain dalam bentuk rekomendasi atau tazkiyah selama tidak ada unsur kedzoliman dan penipuan.
Bahkan memberikan pinjaman harta kepada orang yang membutuhkan dan memberikan tangguh pelunasan pinjaman adalah bentuk kedermawanan, selama tidak ada unsur-unsur terlarang secara syar'i.
KEDUA: كف الأذى yaitu menjaga diri untuk tidak mengganggu dan menyakiti orang lain. Gangguan disini bisa dengan fisik maupun nonfisik. Gangguan fisik misalnya menyakiti seseorang dengan tangan dan tindakan anarkhis, apakah anarkhis terhadap fisik seseorang secara langsung maupun kepada harta benda orang lain dengan merampas, merusak, mencurinya, dll.
Sedangkan gangguan nonfisik misalnya dengan kata-kata yang bisa menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain baik dengan umpatan, celaan, ghibah, buli, nyinyir, sindiran, fitnah, hoax dll. Terkait hal ini, Rasululloh -shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْلِسَانِهِ وَيَدِهِ
"Seorang muslim (sejati ) adalah jika kaum muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya". (HR Bukhari & Muslim)
Dalam hadits lain Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam- bersabda:
إن دمائكم و أموالكم و أعراضكم عليكم حرام ،كحرمة يومكم هذا، في شهركم هذا في بلدكم هذا
"Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian dan kehormatan kalian adalah haram, sebagaimana keharaman hari kalian ini (hari tasyrik), di bulan kalian ini (Dzulhijjah) dan negeri ini (tanah haram Makkah)". (HR Bukhari & Muslim)
KETIGA: طلاقة الوجه yaitu wajah yang cerah dan berseri-seri ketika berjumpa dengan orang lain. Wajah yang berseri dan murah senyum itu sendiri adalah pancaran bagusnya akhlak seseorang. Sebaliknya, wajah yang selalu cemberut dan masam menunjukkan sikap yang kurang bersahabat, hati yang keras dan akhlak yang kurang baik.
Senyuman yang tulus tatkala berjumpa bisa memasukkan kebahagiaan di hati orang lain, mengesankan persahabatan yang baik dan kepribadian yang simpatik. Ini semua bisa mencairkan hubungan yang dingin dan membeku sekalipun sehingga hubungan kembali hangat dan mencair, menumbuhkan rasa saling cinta dan membuahkan rasa persaudaraan yang kuat.
Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
"Janganlah kalian meremehkan kebaikan sekecil apa pun meski hanya berwajah ceria ketika bertemu saudaramu" (HR Muslim)
Dan sisi positif lain dari wajah yang ceria adalah diperolehnya pahala, sebagaimana sabda Nabi -shollallohu 'alaihi wa sallam-:
تبسمك في وجه أخيك صدقة
"Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah" (HR Tirmidzi).
Demikian sedikit kiat agar kita bisa sukses hidup bermasyarakat.
Allohu a'lam.
***Abu Unais ***
0 komentar:
Posting Komentar