*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Kamis, 09 April 2015

Den Baguse Ngarso “Mbangun Deso”

Sobat netter sekalian, masih ingat program acara “Mbangun Deso” yang disiarkan di TVRI di tahun 90-an? Monggo kita bernostalgia sejenak ke masa-masa itu. Masa-masa dimana televisi yang ada masih 2 warna, hitam sama putih. Buat menyalakan TV harus pakai aki yang mesti di cas-kan seminggu sekali. Itu pun hanya kalangan khos yang punya. Belum banyak orang di kampung kita yang punya ‘kotak ajaib’ itu. Saya pun kalau nonton di tetangga harus booking tempat dulu karena yang pengen lihat juga banyak, kayak nonton bioskop saja. Stasiun tv swasta belum pada lahir. Antena UHV belum dikenal. Listrik baru masuk tiang sama kabelnya, setrum-nya belum. Itu pun baru di daerah tengahan. Kulonan, Loran dan Koripan masih berada di masa ‘kegelapan’ yang tak tahu kapan terangnya lampu neon bisa dinikmati.

Kembali ke acara “mBangun Deso” yang pernah jadi favorit saya dan tentunya juga sobat sekalian. Acara yang dikemas sedemikian apik dalam format sinetron komedi pendek berdurasi 30 menit, tanpa iklan, yang mengangkat tema permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat desa sehari-hari. ALur ceritanya sederhana, tak berbelit-belit sehingga pemirsa dari segala usia pun bisa mencernanya. Pesan-pesan yang disampaikan pun mudah ditangkap. Tanpa ada unsur menggurui. Tokoh-tokoh yang diperankan pun kental sekali dengan karakter-karakter wong nDeso.

Den Baguse Ngarso (diperankan oleh Drs Susilo Nugraha) mewakili karakter wong ndeso yang mriyayeni (sok bangsawan), tingkahnya nyebahi (menyebalkan), cemlolo, keminter (sok pandai), ngayelke (menjengkelkan), semugeh (sok kaya), gumedhe (sombong), keras kepala, gila hormat, kalau bicara cemplekit (bikin orang sakit hati), ngeyelan, ceplas-ceplos seolah tanpa mikir. Namun disisi lain dia juga punya mental pengecut bernyali ciut. Semua karakter-karakter negatif itu dikemas sedemikian rupa sehingga hilang kesan angkernya malah yang ada kesan jenaka. Tak jarang aktingnya dengan karakter-karakter tersebut malah mengundang gelak tawa. Nah…Apakah dalam diri anda ada karakter Den Baguse Ngarso, si Priyayi Luhur kang dowo Ususe?
Pak Bina (diperankan oleh Heru Kesawamurti) memerankan karakter seorang yang bijaksana, berwibawa, berwawasan kekinian, logis dalam berfikir, menjadi panutan, menjadi hakim dalam permasalahan-permasalahan yang di hadapi orang-orang sekitarnya.

Kuriman (Sepnu Heriyanto) dengan tampang khas orang deso, rambut agak gondrong. Mewakili wong deso yang mudah emosi, gampang ngamukan, ngeyelan, dan bicaranya kadang atos (kasar).
Tokoh lainnya yaitu kang Sronto (Sudiharjo) yang memerankan karakter wong ndeso yang bisanya pasrah, nrimo ing pandum, nggak neko-neko, tidak mudah emosi, tak punya inisiatif. Diperlakukan apa pun manut, asal bisa hidup. Dan Yu Sronto (Muji Rahayu) memerankan aktivis desa yang kadang hilang kontrol.

Karakter masing-masing tokoh memang sudah diseting sedemikian rupa yang menggambarkan watak-watak khas orang desa. Tema yang dipilih pun mengangkat kondisi riil masyarakat desa. Setiap episode memiliki alur yang sama, yaitu adanya sebuah kasus tertentu, lalu timbul konflik, kemudian diselesaikan oleh para penyuluh. Meski alurnya sederhana, tapi ceritanya tetap enak diikuti karena permasalahan yang diangkat pun bervariasi.

Saat ini kita miskin acara-acara televisi yang bertema pendidikan dan penyuluhan semacam ini. Kita tidak katakan acara ‘mbangun deso’ ini ideal, tapi paling tidak ada unsur-unsur positif yang disajikan kepada pemirsa. Tayangan-tayangan yang ada saat ini lebih banyak unsur hiburan semata untuk memuaskan penontonnya. Bahkan tidak jarang tayangan-tayangan yang ada mengandung unsur yang bisa merusak moral masyarakat. Sebut saja sinetron-sinetron yang ada saat ini yang lebih banyak menampilkan perilaku negatif, alkohol, freesex, pacaran, perkelahian, kebencian, hedonisme, dll yang sangat berpotensi merusak tatanan nilai di masyarakat. Sayangnya, KPI kurang ada ada kepedulian untuk melakukan kontrol terhadap siaran-siaran yang berdampak buruk tersebut.
Demikan, selamat malam…

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)