*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Selasa, 07 April 2015

Cerdas Memaknai Arti “Pembangunan”


Definisi Pembangunan
Image0779Para pakar berbeda-beda dalam mendefinisikan arti pembangungunan. Namun secara umum mereka memaknai pembangunan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik dengan upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana. Perubahan di sini meliputi berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, kesehatan, pendidikan, keamanan dan lain-lainnya. Sedangkan maksud sadar dan terencana adalah bahwa pembangunan itu bukanlah hasil dari sebuah kebetulan melainkan terwujud melalui mekanisme yang terkonsep dan terarah.

Titik berat pembangunan biasanya berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Meski ada pula yang menambahkan perbaikan aspek nilai-nilai moral dan etika umat. Barometer kemajuan berbeda-beda untuk setiap daerah. Daerah yang terpencil dan terisolir -misalnya- ukuran kemajuannya bisa saja dinilai dari tersedianya akses jalan yang memadai untuk memperlancar distribusi hasil produksi, aliran listrik yang terjangkau untuk peningkatan produksi, dan perbaikan taraf hidup dengan tercukupinya kebutuhan primer. Berbeda halnya dengan daerah yang sudah mapan ukuran kemajuan bisa saja dinilai dari tercukupinya kebutuhan tersier.

Namun bila kita cermati ulasan para pakar dalam mendefinisikan arti pembangunan di sini hanya menyentuh aspek yang bersifat keduniawian tanpa memperhatikan aspek spiritual. Meski -sebagaimana di atas- ada juga yang memasukkan tata nilai dan moral sebagai barometernya. Sebagai makhluk dan hamba Alloh tentu kita tidak mendefinisikan pencapaian pembangunan hanya pada tataran duniawi saja akan tetapi juga -yang terpenting- pada tataran ukhrawi. Sebab, sebagai seorang muslim kita berkeyakinan bahwa kehidupan tidaklah berakhir di atas dunia ini saja akan tetapi berkelanjutan sampai di negeri akhirat. Kehidupan akhirat itulah yang lebih baik, lebih kekal dan lebih abadi. Dengan demikian, upaya untuk meraih ‘kesejahteraan’ ukhrawi sudah semestinya mendapatkan porsi lebih untuk diperhatikan.

Kembali ke topik pembangunan di atas, bahwa tujuan pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan dalam arti luas. Setiap pembangunan dalam sebuah komunitas pada umumnya berorientasi ke sana. Ada pun sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan tersebut tentulah berbeda-beda dan sangat kondisional dengan waktu dan tempat. Ini penting kita pahami terlebih dahulu agar kita tidak terjebak memaknai pembangunan dari sudut pandang yang sempit dan parsial.

Mintobasuki Membangun
Selama dasawarsa terakhir kita melihat adanya geliat yang positif di Mintobasuki yang semuanya itu tidak lepas dari peran serta aktif masyarakat yang bersinergi dengan para penyelenggara pemerintahan desa. Infrastruktur desa yang memadai untuk meningkatkan produktivitas warga, tingkat perekonomian yang membaik, kesadaran keberagamaan yang mulai tumbuh, kehidupan sosial yang hangat, tingkat pendidikan warga yang kian meningkat, dll yang semuanya itu bisa menjadi indikator bagi sebuah pencapaian pembangunan desa.

Infrastruktur yang merupakan faktor penopang kemajuan pembangunan desa telah tersedia. Jalan-jalan desa yang hampir 80%-nya telah dikeraskan, baik dengan pengaspalan maupun cor semen sehingga mempermudah mobilisasi warga. Sarana pendidikan yang memadai dengan berdirinya gedung-gedung sekolah dan madrasah TPQ beserta tenaga pengajarnya. Fasilitas pemerintahan desa berupa gedung balai desa dan sarana penunjangnya. Ketersediannya bidan desa untuk memfasilitasi warga yang hamil dan melahirkan. Dibangunnya PAM Simas di RW 2 yang menyediakan supplai air untuk warga Mintobasuki. Dibangunnya masjid-masjid untuk memfasilitasi warga guna melakukan aktifitas keagamaan dan peribadahan. Terhitung ada 6 Musholla dan 1 masjid induk yang telah berdiri. Pembangunan tanggul air di tiga titik kali tambak untuk memfasilitasi petani mendapat pengairan lahan pertanian. Dan mungkin masih ada  infrastruktur lainnya yang lepas dari pengamatan kami. Semua sarana fisik tersebut diharapkan mampu mempercepat laju kemajuan pembangunan desa Mintobasuki.

Sebuah Catatan…
Permasalahan yang perlu dicermati bersama adalah bahwa pembangunan hendaklah berwawasan kependudukan yang berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Penduduk merupakan subyek sekaligus obyek pembangunan. Jadi, tidak bisa kita menitikberatkan pembangunan pada infrastruktur semata dengan mengesampingkan sisi peningkatan sumber daya manusia. Harus ada keseimbangan dalam hal ini. Inilah yang disebut pembangunan manusia seutuhnya. Sudah saatnya kita merubah pola pikir kita selama ini yang menitikberatkan pencapaian pembangunan pada aspek fisik materiil semata, namun yang lebih penting adalah pembangunan non fisik yang melekat pada diri manusia itu sendiri. Kita tidak katakan bahwa pembangunan fisik itu tidak penting, akan tetapi perlu adanya penyeimbangan dari aspek sumber daya manusianya.
Tentu kita sering mendengar istilah ‘masyarakat madani’, yang biasa digambarkan sebagai sebuah masyarakat ideal yang mapan di segala segi. Namun tahukah kita dari mana istilah kata madani ini diperoleh? Kata ini diambil dari kata Madinah, yaitu kota dimana Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- membangun peradaban baru di tengah masyarakat yang carut marut dalam suasana jahiliyyah. Peradaban baru itu bernama Islam, agama yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru bumi. Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- telah merubah masyarakat yang serba terpuruk dan terbelakang menjadi masyarakat yang gilang gemilang. Kesejahteraan hampir merata. Hukum ditegakkan. Keadilan bisa dirasakan seluruh lapisan masyarakat. Yang kuat membantu yang lemah. Si kaya membantu si miskin. Kestabilan pemerintahan. Keamanan yang bisa dirasakan setiap orang. Kesyirikan dihancurkan, tauhid ditegakkan, kalimat-kalimat Alloh ditinggikan. Sungguh kota Madinah kala itu mengalami masa gilang gemilang dalam tataran peradaban manusia. Dengan apa mereka jaya? Apakah dengan pembangunan infrastruktur semata? Tentu saja tidak, karena mereka jaya dengan Al-Islam. Islam yang merupakan kunci kejayaan mereka. Mereka benar-benar berusaha membumikan Islam dalam jiwa-jiwa mereka. Kejayaan ini bisa kita baca dari buku-buku literatur Islam yang banyak terdapat di perpustakaan-perpustakaan kaum muslimin.

Inilah yang perlu menjadi catatan dan renungan kita bersama agar kita tidak terjebak pada pemikiran yang dangkal bahwa keberhasilan pembangunan semata-mata diukur dari aspek fisik karena yang lebih sulit dari itu adalah pembangunan aspek non fisik yang ada pada diri manusianya. Manusia yang tidak terbina dan terdidik segi mental dan spiritualnya justru akan menjadi beban dan hambatan bagi pembangunan itu sendiri. Contoh ekstrimnya, jika kita punya dana 2 Milyar untuk membangun masjid, dalam waktu kurang dari 1 tahun masjid itu bisa berdiri. Namun, seumpama kita punya dana semisal itu untuk mengajak masyarakat memakmurkan masjid dengan menegakkan jamaah sholat dengan konsisten dan istiqomah dengan kesadaran pribadinya, apakah bisa terlaksana dalam waktu 1 tahun? Tentu tidak! Bahkan kita butuh waktu bertahun-tahun untuk menyadarkan masyarakat tentang hakekat sholat dan kewajibannya. Membangun manusia tidaklah semudah membangun bangunan fisik. Jika kita tidak memulai membangun manusianya, justru manusia itulah nantinya yang akan jadi penghambat pembangunan.
Allohu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)