*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Senin, 03 Juni 2019

Kepemimpinan ala Premanisme

Beberapa waktu yang lalu ada seorang teman (27 thn) yang curhat ke saya bagaimana dia diperlakukan dengan sangat tidak beradab oleh seorang oknum yang berpangkat ketua R* di sebuah desa. Ceritanya, seperti biasa habis maghrib dia datang ke salah satu musholla di desa ini untuk belajar baca Al-Qur'an. Buku IQRA' sudah dibawa dari rumah. Baru IQRA' jilid 4. Dia seorang pemula yang ingin bisa baca Al-Qur'an.


Sesampai di depan mushalla, kawan saya ini langsung dihadang si oknum penguasa R* ini yang langsung meradang dan mengomelinya. Si oknum melarang kawan saya untuk ikut ngaji di musholla tersebut. "Kalau ditempatmu saja kamu ditolak apa lagi di sini", demikian damprat oknum ini sambil menunjuk-nunjuk wajah teman saya. Teman saya yang tak tau menahu urusannya apa jadi bingung. Sempat pingin emosi juga, tapi dia tahan. Dia hanya bisa bilang nggih...nggih...saja.


Nah, usut punya usut ternyata si teman ini dilarang ikut ngaji karena dicurigau sebagai genk teroris. Sungguh fitnah yang sangat keji. Akhirnya teman saya ini tidak lagi ikut ngaji di situ.


Saya tau benar siapa kawan saya ini, dia hanya seorang pemuda lajang yang berpendidikan rendah berprofesi sebagai tukang kayu borongan di Kayen. Dia punya tekad untuk belajar baca Qur'an. Awalnya dia belajar sama saya, tapi karena saya pindah tempat kerja, dia saya sarankan belajar ke rekan saya yang ada di dukuh lain yang masih satu desa. Dia baru beberapa kali ngaji di sana sebelum terjadi insiden ini. Kecurigaan bahwa kawan saya ini terlibat teroris adalah mengada-ada dan fitnah belaka.


Beberapa tahun silam,  di pertengahan Ramadhan, dengan oknum berpangkat ketua R* yang sama, yang kala itu dia baru dilantik beberapa hari menduduki jabatannya oleh kades junjungannya yang juga baru terpilih. Saat itu saya dan beberapa kawan di undang berbuka puasa bersama. Sekitar 10 orang, atau kurang dari itu. Habis maghrib oknum ini mendatangi kami, dengan gaya premannya yang khas, dia berkata: "Kalau tidak ada izin aku obrak-abrik sini nanti".

Hebat bukan. Baru pangkat kopral saja bisa begitu ngomongnya, apalagi kalau jadi jendral. Anda bisa bayangkan malunya teman saya yang ngundang bukber ini.


Dua kisah di atas adalah nyata. Bukan fiktif.


Sebenarnya, inti yang mau saya sampaikan dari dua fragmen cerita di atas adalah tentang karakter kepemimpinan. Ada tipe pemimpin yang memimpin dengan gaya premanisme. Apa-apa harus diselesaikan dengan otot dan urat syaraf. Siapa yang ototnya paling besar dan suaranya paling kencang bisa dipastikan dialah pemenangnya.


Saya paham, ada tanggung jawab di pundak penguasa meski hanya selevel RT atau RW atau dusun dan sebagainya untuk mewujudkan ketertiban, kenyamanan dan keamanan di masyarakat. Namun janganlah tanggung jawab tersebut menjadikan anda overacting dalam menyelesaikan masalah yang bersinggungan dengan masyarakat yang notabenenya adalah tetangga kita sendiri, kerabat-kerabat kita sendiri dan teman-teman kita sendiri...


Pemimpin yang humanis, yang bisa memanusiakan manusia, melakukan pendekatan-pendekatan  manusiawi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di lingkungan, mengedepankan sikap persuasif bukan represif, mampu menghargai dan menghormati orang lain adalah karakter-karakter pemimpin yang ideal dan lebih bisa diterima di masyarakat.

Ingatlah, bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan akal dan perasaan. So, janganlah disamakan dengan segerombolan domba gembalaan yang apabila melenceng langsung bisa dipecut agar kembali. Cukuplah anda sikapi dengan bijaksana ketika anda lihat sesuatu yang anda anggap tidak beres dengan teguran yang baik, bicara yang manusiawi, diskusi dan tukar pikiran yang baik dan cara-cara simpatik lainnya yang lebih humanis. Dengan demikian anda akan terhormat di hadapan manusia dan orang-orang akan segan tanpa anda membentak-bentaknya. Ingatlah, do'a orang yang terdzalimi itu tidak ada hijab, janganlah anda didoakan jelek oleh orang-orang yang anda dzalimi akhirnya anda sendiri yang akhirnya berantakan.


Di jaman sekarang gaya kepemimpinan model premanisme sudah kedaluwarsa, Bung!!!

Kita tidak lagi hidup di zaman kolonial yang orang akan menkeret terkencing-kencing ketika ditodong bayonet. Wake up, Bung...atau anda akan jadi bahan ledekan cah angon.


Ingat, Bung. Ini zaman medsos dimana segala sesuatu diupload dan dikomentari. Jangan sampai anda memamerkan kebodohan anda yang pada akhirnya ditulis dan dibaca orang turun temurun.


Mintobasuki, 27 Mei 2019

Sepuluh terakhir Ramadhan 1440 H

Abu Unais

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)