Ahad, 1 Januari 2023
Ahad ini jemput
anak-anak setelah liburan 2 pekan di kampung. Tapi qadarullah, hujan
beberapa hari ini sepertinya tidak ada jedanya. Sejak tiba di kampung
hari Kamis kemarin sampai sekarang hujan rasanya enggan berhenti.
Kalau tidak hujan deras ya hujan rintik-rintik, membuat enggan para
penghuni rumah untuk keluar. Mendung pekat pun masih bergelayutan di
langit menandakan rinai hujan belum akan mereda.
Sementara banjir sudah mulai menggenangi beberapa ruas jalan sejak hari-hari kemarin. Jalan menuju karangnyar sudah tergenang selutut kemarin dan hari ini tentunya lebih dalam. Kemarin aku sama anak-anak pergi ke rumah Mbahnya di kulonan jalan kaki dari Koripan karena tidak mungkin ditempuh dengan kendaraan. Kedalaman air per kemarin untuk yang paling dalam sudah di atas paha. Sedangkan di dalam rumah sudah di atas lutut. Hari ini tentunya sudah naik lagi. Ruas jalan menuju jalan besar terendam semua, dari Tisari, Ngantru, apalagi Kulonan.
Lahan pertanian di saat-saat seperti ini sudah tidak bisa diharapkan lagi. Sebelumnya juga sudah banjir. Ketika bajir surut, sebagian tanaman padi rusak dan musnah, sedangkan yang masih bertahan tidak selamat dari serangan hama. Daun menguning. Entah apa sebabnya. Belum selesai teratasi masalah itu, datang banjir susulan saat ini. Sempurna sudah. Musnah semua. Petani harus banyak bersabar dan berdo’a. Aku cuma kasihan sama Bapak Ibuku, karena mereka juga petani dan tanaman padinya juga jadi santapan banjir. Padahal ketika memanen mereka berharap memanen. “Gak opo-opo, kancane akeh “(Nggak apa-apa, yang lain juga banyak) begitu ucapnya menghibur diri. Tapi kerugian tetap kerugian.
Hari ini, sekitar jam 12.30 siang kami berangkat lagi ke Solo dengan mobil carteran. Dari rumah langsung ambil jalan memutar ke Winong Kidul. Ini satu-satunya rute yang selamat dari banjir, info dari Om Muji yang tadi pagi berangkat ke Pati via Winong. Jarak ke Gabus yang harusnya cuma sekitar 5 km menjadi 17 km lebih. Melintasi Wareng lalu ke Botok, lalu ke Winong Pasar, dilanjutkan menuju ke Gabus. Jangan tanya kondisi jalannya, mulus atau tidak? Aspal yang berlubang-lubang dengan genangan air di tengahnya. Wanita hamil tua sebaiknya jangan lewat sini, bisa keguguran.
Alhamdulillah ruas jalan Kayen sudah bisa dilalui sejak sore kemarin sebelumnya lumpuh total karena banjir. Berita di sosmed di saat-saat seperti ini sangat membantu untuk memantau perkembangan situasi.
Banjir ini bukan tanpa sebab. Semua musibah ada sebabnya. Maksiat. Ya, maksiatlah yang menjadikan sebab dari suatu musibah. Ini hanya sedikit kompensasi dari maksiat yang kita lakukan, seandainya setiap maksiat ada mompensasinya mungkin saja kita sudah punah sejak dulu kala.
0 komentar:
Posting Komentar