*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Senin, 15 Februari 2010

Sebuah Klarifikasi: Ada Aliran Sesat di Mintobasuki? – Bag 10 Selesai

Penutup
Sebenarnya masih banyak lagi isu-isu yang beredar di Mintobasuki berkenaan dengan keberadaan kami. Diantaranya adalah bahwa kami pengikut LDII, atau juga anggota teroris, bahwa kami juga dituduh suka mabuk-mabukan, ada juga yang mengatakan wanita-wanita kami suka berganti-ganti pasangan (mungkin maksudnya mut’ah ala Syi’ah), bahwa kami menggunakan sihir untuk memikat anak-anak kecil agar mau ngaji, ada yang mengatakan bahwa kami selalu mengadakan pengajian menjelang tengah malam, dan lain-lain yang tidak kami ketahui yang semuanya itu hanya berita yang dibuat-buat dan tidak benar. Tentunya kami tidak bisa menanggapi semuanya karena keterbatasan ilmu dan waktu yang kami miliki. Paling tidak apa yang telah kami paparkan dalam tulisan-tulisan ini sudah mewakili untuk mengklarifikasi realita sebenarnya.
Melalui tulisan ini kami juga minta maaf kepada seluruh warga Mintobasuki yang saya cintai karena keberadaan kami telah membuat resah dan gerah masyarakat. Seandainya ada komunikasi yang baik antara kami dan masyarakat tentulah tidak akan timbul prasangka-prasangka yang dialamatkan ke kami tersebut. Harapannya, siapa pun yang membaca tulisan ini hendaklah bersedia menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya agar tidak timbul fitnah yang berlarut-larut.
Di bagian penutup ini kami sampaikan, marilah kita sama-sama menumbuhkan semangat dan motivasi dalam belajar dan memahami Dien (Islam) kita ini. Ketidaktahuan dan kebodohan kita terhadap ilmu-ilmu agama menjadikan kita terombang-ambing, tidak memiliki pegangan yang kuat ketika melihat segala perubahan yang ada di sekitar kita. Tanpa ilmu Dien yang sahih kita tidak memiliki takaran yang tepat untuk menentukan mana yan benar dan mana yang salah, mana yang haq mana yang batil, mana yang halal mana yang haram. Semakin luas ilmu yang kita miliki tentu semakin luas pula kita melihat segala permasalahan yang ada terkait masalah Dien. Janganlah kita bak katak dalam tempurung yang merasa cukup dengan apa yang ada di depan mata kita tanpa mau berusaha mengkaji dan mempelajari ilmu-ilmu lainnya.
Ilmu yang sahih adalah ilmu yang bersumberkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun tentu saja kita akan sesat jika keduanya diserahkan kepada kita untuk memahami sendiri. Semua aliran sesat yang ada di muka bumi ini semuanya mengaku ajarannya berlandaskan kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah, bahkan para teroris pun ketika mereka melakukan pengeboman juga mengeluarkan ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- sebagai pembenaran. Oleh karenanya, kita tidak cukup hanya dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits saja lalu ditelan mentah-mentah, kita butuh kaidah ke-3 yaitu :pemahaman yang benar.
Pemahaman yang benar dalam memahami keduanya adalah pemahaman para sahabat Nabi yang mulia -radhiyallohu ‘anhum-. Mereka adalah murid-murid terbaik Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- yang senantiasa menyertai beliau, berjihad bersama beliau dan menjadi tameng hidup bagi beliau. Para shahabat belajar ilmu Dien langsung dari dari sumbernya yaitu Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-. Pada masa mereka al-Qur’an diturunkan, mereka tahu dalam kedaan apa suatu ayat diturunkan, apa sebab ayat tersebut diturunkan dan mereka paham apa tafsirnya karena dijelaskan langsung oleh Nabi -shollallahu ‘alaihi wa sallam-. Seandainya mereka melakukan kesalahan Alloh dan Rosulnya langsung menegur sehingga secara umum kondisi mereka adalah maksum, akan tetapi inidividu-individu mereka tidaklah maksum. Alloh telah ridha dengan mereka dan mereka pun telah ridha kepada Alloh. Alloh telah janjikan jannah (surga intuk mereka).
Alloh ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah 100)
Pujian Alloh atas mereka bukanlah karena kehebatan, harta, kepintaran dan lain-lainnya yang bersifat keduniaan, akan tetapi pujian Alloh dalam ayat di atas adalah karena lurusnya cara beragama mereka. Silahkan dibaca tulisan ini dan tulisan ini sebagai tambahan referensi.
Lalu bagaimana cara kita mengikuti mereka padahal jarak kita terbentang belasan abad? Inilah yang menjadi tantangan bagi kita untuk mempelajari Dien. Selama kita mau mengkaji sirah (perjalanan hidup) mereka dengan bimbingan para utadz dan ulama yang kredibel tentu kita akan menemukan gambaran konkrit bagaimana kehidupan mereka dalam segala aspeknya terlebih dalam masalah Dien. Perlu kesungguhan untuk menggali ilmunya, tidak cukup belajar satu atau dua hari, satu atau dua minggu, akan tetapi terus menerus dan kontinyu sampai kita bisa menemukan gambaran yang jelas tentang bagaimana kehidupan beragama mereka, dan bagaimana mereka menjadikan Islam sebagai keseluruhan aktivitas kehidupan mereka baik dalam berumah tangga, bermasyarakat, dan bernegara dengan segala aspek yang melingkupinya baik ekonomi, politik, pertahanan keamanan dan sebagainya.
Demikian klarifikasi dari kami, semoga bisa memberikan sedikit pencerahan untuk kita semua.
Wasollallohu ‘ala nabiyyina muhammad ‘wa ‘ala alihi wa sohbihi…

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)