Penutup
Sebenarnya masih banyak lagi isu-isu yang beredar di Mintobasuki
berkenaan dengan keberadaan kami. Diantaranya adalah bahwa kami pengikut
LDII, atau juga anggota teroris, bahwa kami juga dituduh suka
mabuk-mabukan, ada juga yang mengatakan wanita-wanita kami suka
berganti-ganti pasangan (mungkin maksudnya mut’ah ala Syi’ah), bahwa
kami menggunakan sihir untuk memikat anak-anak kecil agar mau ngaji, ada
yang mengatakan bahwa kami selalu mengadakan pengajian menjelang tengah
malam, dan lain-lain yang tidak kami ketahui yang semuanya itu hanya
berita yang dibuat-buat dan tidak benar. Tentunya kami tidak bisa
menanggapi semuanya karena keterbatasan ilmu dan waktu yang kami miliki.
Paling tidak apa yang telah kami paparkan dalam tulisan-tulisan ini
sudah mewakili untuk mengklarifikasi realita sebenarnya.
Melalui tulisan ini kami juga minta maaf kepada seluruh warga
Mintobasuki yang saya cintai karena keberadaan kami telah membuat resah
dan gerah masyarakat. Seandainya ada komunikasi yang baik antara kami
dan masyarakat tentulah tidak akan timbul prasangka-prasangka yang
dialamatkan ke kami tersebut. Harapannya, siapa pun yang membaca tulisan
ini hendaklah bersedia menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya agar
tidak timbul fitnah yang berlarut-larut.
Di bagian penutup ini kami sampaikan, marilah kita sama-sama
menumbuhkan semangat dan motivasi dalam belajar dan memahami Dien
(Islam) kita ini. Ketidaktahuan dan kebodohan kita terhadap ilmu-ilmu
agama menjadikan kita terombang-ambing, tidak memiliki pegangan yang
kuat ketika melihat segala perubahan yang ada di sekitar kita. Tanpa
ilmu Dien yang sahih kita tidak memiliki takaran yang tepat untuk
menentukan mana yan benar dan mana yang salah, mana yang haq mana yang
batil, mana yang halal mana yang haram. Semakin luas ilmu yang kita
miliki tentu semakin luas pula kita melihat segala permasalahan yang ada
terkait masalah Dien. Janganlah kita bak katak dalam tempurung yang
merasa cukup dengan apa yang ada di depan mata kita tanpa mau berusaha
mengkaji dan mempelajari ilmu-ilmu lainnya.
Ilmu yang sahih adalah ilmu yang bersumberkan kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Namun tentu saja kita akan sesat jika keduanya diserahkan
kepada kita untuk memahami sendiri. Semua aliran sesat yang ada di muka
bumi ini semuanya mengaku ajarannya berlandaskan kepada Al-Qur’an dan
as-Sunnah, bahkan para teroris pun ketika mereka melakukan pengeboman
juga mengeluarkan ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi -shollallohu ‘alaihi
wa sallam- sebagai pembenaran. Oleh karenanya, kita tidak cukup hanya
dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits saja lalu ditelan mentah-mentah, kita
butuh kaidah ke-3 yaitu :pemahaman yang benar.
Pemahaman yang benar dalam memahami keduanya adalah pemahaman para
sahabat Nabi yang mulia -radhiyallohu ‘anhum-. Mereka adalah murid-murid
terbaik Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- yang senantiasa
menyertai beliau, berjihad bersama beliau dan menjadi tameng hidup bagi
beliau. Para shahabat belajar ilmu Dien langsung dari dari sumbernya
yaitu Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-. Pada masa mereka al-Qur’an
diturunkan, mereka tahu dalam kedaan apa suatu ayat diturunkan, apa
sebab ayat tersebut diturunkan dan mereka paham apa tafsirnya karena
dijelaskan langsung oleh Nabi -shollallahu ‘alaihi wa sallam-.
Seandainya mereka melakukan kesalahan Alloh dan Rosulnya langsung
menegur sehingga secara umum kondisi mereka adalah maksum, akan tetapi
inidividu-individu mereka tidaklah maksum. Alloh telah ridha dengan
mereka dan mereka pun telah ridha kepada Alloh. Alloh telah janjikan
jannah (surga intuk mereka).
Alloh ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)
dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah 100)
Pujian Alloh atas mereka bukanlah karena kehebatan, harta, kepintaran
dan lain-lainnya yang bersifat keduniaan, akan tetapi pujian Alloh
dalam ayat di atas adalah karena lurusnya cara beragama mereka. Silahkan
dibaca tulisan ini dan tulisan ini sebagai tambahan referensi.
Lalu bagaimana cara kita mengikuti mereka padahal jarak kita
terbentang belasan abad? Inilah yang menjadi tantangan bagi kita untuk
mempelajari Dien. Selama kita mau mengkaji sirah (perjalanan hidup)
mereka dengan bimbingan para utadz dan ulama yang kredibel tentu kita
akan menemukan gambaran konkrit bagaimana kehidupan mereka dalam segala
aspeknya terlebih dalam masalah Dien. Perlu kesungguhan untuk menggali
ilmunya, tidak cukup belajar satu atau dua hari, satu atau dua minggu,
akan tetapi terus menerus dan kontinyu sampai kita bisa menemukan
gambaran yang jelas tentang bagaimana kehidupan beragama mereka, dan
bagaimana mereka menjadikan Islam sebagai keseluruhan aktivitas
kehidupan mereka baik dalam berumah tangga, bermasyarakat, dan bernegara
dengan segala aspek yang melingkupinya baik ekonomi, politik,
pertahanan keamanan dan sebagainya.
Demikian klarifikasi dari kami, semoga bisa memberikan sedikit pencerahan untuk kita semua.
Wasollallohu ‘ala nabiyyina muhammad ‘wa ‘ala alihi wa sohbihi…
Related Posts :
Oase Islam
,
opini
0 komentar:
Posting Komentar