*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Jumat, 05 Februari 2010

Sebuah Fenomena Yang Memprihatinkan

Permasalahan yang senantiasa aktual dari sejak jaman awal-awal kenabian sampai hari ini adalah masalah kesyirikan. Bermula dari masa diutusnya Nabi Nuh ‘alaihissalam salam sampai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan sampai hari kiamat nanti. Sehingga tidak heran jika fokus dakwah para Nabi dan Rasul adalah dakwah kepada Tauhid, menegakkan kalimah “La ilaaha illa Allah” (tiada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah) dan menjauhi segala macam peribadatan dan penghambaan kepada selain Allah. Seiring berkembangnya zaman dan berlalunya masa serta jauhnya manusia dari bimbingan cahaya kenabian kesyirikan pun menyebar dan menyeruak dengan berbagai macam warna dan ragamnya. Dan tanpa sadar banyak dari kaum muslimin yang terjatuh dalam praktek-praktek kesyirikan. Di negeri ini saja kita sudah kesulitan untuk menyebutkan satu persatu ragam kesyirikan tersebut karena demikian banyaknya.

Tidak terkecuali di lingkungan kita, praktek-praktek kesyirikan demikian digandrungi dan digemari sebagian besar masyarakat. Contoh saja praktek-praktek perdukunan yang demikian laris manis menjadi alternatif masyarakat untuk kesembuhan, penolak bala, mendatangkan rejeki, mencari hari baik untuk acara-acara tertentu dan lain sebagainya. Padahal meyakini dukun dan tukang ramal sebagai orang yang mengetahui hal ghaib adalah sebuah kesyirikan. Seandainya kita datang saja kepadanya untuk menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan masalah ghaib tidak diterima sholat kita selama 40 hari, dan apabila membenarkan dan meyakini apa yang dikabarkan maka telah kufur dan keluar dari Islam. Demikian yang telah disebutakan dalam hadits shahih.



Contoh praktek kesyirikan lainnya yaitu bertebarannya punden-punden yang dijadikan tempat bersimpuh dan meminta-minta, seperti mbah Cengek yang ada di dukuh Loran yaitu sebuah pohon asem besar yang tumbuh ditepi sungai dan tepat di tengah jalan,dan dibangun disitu sebuah rumah kecil, tapi sekarang pohon tersebut telah ditebang dan bangunannya saja yang tersisa. Bangunan ini dulunya didirikan oleh seorang dukun yang terkenal di sini. Tempat ini selalu dikunjungi oleh warga di saat-saat mereka mau mengadakan hajat-hajat tertentu, seperti nikahan, sunatan, menunaikan nadzar dan sebagainya. Mereka makan-makan dan berdo’a meminta keselamatan kepada penunggu tempat tersebut. Dan ini benar-benar nyata adanya.

Punden lainnya adalah Mbah Nyemeh yang ada di dukuh Koripan. Wujudnya adalah dua buah makam yang dibuat berdampingan dengan sebuah bangunan di atasnya. Bedanya, pohon cengek dikunjungi warga dari dukuh Loran dan Kulonan, sedangkan mbah Nyemeh dikunjungi warga koripan dan Karanganyar. Sebenarnya di koripan masih ada satu lagi pohon yang dijadikan punden yaitu Pohon Ingas, tapi sekarang sudah ditebang. Tempat ini dulunya dikeramatkan warga Koripan, Kidulan dan Tengahan. Letaknya di perbatasan Koripan dan Kidulan.
Ada juga yang disebut Mbah Gayam, wujudnya adalah sebuah pohon Gayam. Lokasinya di dukuh Tengahan dan fungsinya juga sama sebagai punden dan tempat meletakkan sesaji bagi warga sekitarnya.
Dan yang terakhir adalah pemakaman umum desa yang posisinya di tepi paling timur desa. Warga biasa berdo’a kepada leluhur mereka pada hari-hari tertentu dan meminta dimudahkan jika akan mengadakan acara-acara tertentu. Mereka bertawasul kepada nenek moyang mereka yang telah wafat agar dimudahkan urusannya, dikabulkan hajatnya, digampangkan rejekinya dan sebagainya.
Sebenarnya masih banyak lagi bentuk-bentuk perbuatan yang mengarah kepada kesyirikan yang dilakukan oleh warga yang tidak mungkin bisa disebutkan keseluruhannya. Semisal keyakianan akan jimat-jimat, khurafat dan takhayul  yang telah mengakar di tradisi mereka. Dan anehnya, bukan orang awamnya saja yang melakukan hal ini akan tetapi dilakukan oleh orang-orang yang ditokohkan oleh masyarakat dalam masalah agama, sebagaimana yang penulis lihat sendiri. Na’udzu billah min dzalik.

Sebab utama dari penyimpangan ini tidak lain adalah karena lemah dan rapuhnya pemahaman mereka terhadap agama, kebodohan yang merajalela dan semangat cinta dunia yang menjadikan hati-hati mereka tertutup untuk mencari kebenaran. Belajar agama dalam pandangan mereka bukanlah sesuatu yang penting karena tidak memberikan kontribusi apa-apa bagi kehidupan dunia. Yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk bisa hidup mewah dan bermegah-megah.

Adapun tokoh-tokoh agama di sana sangatlah jarang menyinggung masalah yang sangat urgen ini dikarenakan manhaj(metode) dakwah mereka yang salah dalam menerapkan skala prioritas dalam amar ma’ruf nahi munkar. Kita sering menjumpai masjid ramai hanya diisi acara tahlilan, barzanji, yasinan dll. Tapi masalah kesyirikan seolah menjadi perkara tabu untuk dibahas karena dianggap sebagai masalah krusial yang bisa memicu konflik horisontal. Bagaimana tidak, seandainya anda mengingkari orang yang datang ke tempat-tempat pemujaan tersebut tentulah anda akan segera dijauhi masyarakat dan akan dikucilkan karena dianggap memiliki pemahaman yang ghorib(aneh). Kenapa, karena inilah ‘agama’ nenek moyang mereka.
Khotbah di mimbar-mimbar jumat bisa dikata nihil dari menyinggung masalah besar ini. Seandainya ada itupun dalam shighot(bentuk) umum yang boleh jadi mad’u (pendengar) tidak memahaminya. Lalu kenapa pari da’i dan tokoh agama di Mintobasuki seolah tutup mulut dalam masalah ini? Jawabnya adalah karena mungkin mereka juga tidak tahu seperti orang awamnya, atau seandainya ada yang tahu mereka diam karena khawatir adanya fitnah yang akan menimpa mereka jika berteriak lantang menyerukan tauhid dan membasmi syirik.

Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam. Beliau memulai dakwahnya dengan tauhid meski mendapat tentangan dan cercaan dari kaumnya bahkan kerabat dekatnya sendiri. Bukan hanya celaan kaumnya yang beliau terima bahkan sampai pada intimidasi fisik dan percobaan pembunuhan. Akan tetapi Allah menolong beliau shalallahu ‘alai wassalam dan mengokohkan dakwah beliau sampai hari ini, bahkan sampai di negeri kita ini. Jika kita ingin memulai dakwah, mulailah dari mana rasulullah memulai niscaya engkau akan mendapatkan kemenangan, baik di dunia ini atau kelak di akhirat.

Sehingga dengan kondisi yang sangat memprihatinkan ini kita menunggu lahirnya para mujadid yang akan berjihad menebarkan dakwah yang haq. Menghancurkan setiap bentuk-bentuk kekufuran disana kemudian memancangkan tonggak-tonggak tauhid di atasnya. Tidak takut celaan orang yang mencela, sabar dan tawakal hanya kepada Allah.  Bagaimana pun juga mereka adalah saudara-saudara kita yang berhak untuk dinasehati dan diperingatkan ketika terjatuh kepada kesalahan-kesalahan. Seandainya mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah perbuatan yang bisa mengundang murka Alloh -ta’ala- tentulah mereka akan menjauhinya dengan sejauh-jauhnya sebagaimana tidak inginnya mereka dilemparkan kedalam kobaran api. Tugas kita yang mengetahui hal ini adalah dengan mendakwahi mereka sebatas kemampuan yang kita miliki dengan tetap mengedepankan sikap rahmah, penuh kasih sayang dan kelembutan, dengan argumentasi-argumentasi yang bisa diterima nalar mereka. Sebaliknya kita hindari celaan-celaan dan sikap-sikap keras yang justru mengundang ketidaksimpatikan dan permusuhan dengan mereka. Sungguh, kebenaran di hari ini adalah sesuatu yang berat untuk diterima, janganlah sesuatu yang berat itu diperberat lagi dengan cara-cara kita yang jauh dari sikap hikmah. Sebagaimana kita telah merasakan manisnya hidup di bawah naungan tauhid, tentunya kita pun mengharapkan saudara-saudara kita di sini pun merasakan nikmat yang sama ini.

Wallahu waliyul mu’minin.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)