Membaca Sholawat Atas Nabi -shollallaohu ‘alaihi wa sallam-
Ada
tuduhan kepada kami bahwa kami anti membaca shalawat kepada rasululloh
-shollallohu ‘alaihi wa sallam. Ini adalah tuduhan yang tidak berdasar
sama sekali. Kami meyakini membaca shalawat atas Nabi -shollallohu
‘alaihi wa sallam- adalah sebuah keutamaan dan ibadah yang mulia.
Hendaknya seorang muslim banyak-banyak membaca sholawat kepada beliau
sebagai bentuk penghormatan dan syukur atas diutusnya beliau
-shollallahu ‘alaihi wa sallam- yang telah menunjukkan kita ke pada
jalan kebenaran setelah sebelumnya umat manusia terjerembab ke dalam
jurang kenistaan. Sudah sepantasnya sholawat dan salam kita tercurahkan
kepada beliau dan keluarganya, para shahabatnya -radhiyallohu ‘anhum-
dan kepada seluruh pengikutnya yang setia mengikuti jejak langkah beliau
-shollallohu ‘alaihi wa sallam-.
Kita diperintahkan membaca sholawat kepada Rasululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam bukan berarti beliau butuh akan sholawat kita, akan
tetapi kitalah yang sebenarnya butuh dengan bacaan sholawat kita kepada
beliau. Tanpa kita bershalawat kepada beliau pun kemuliaan, kehormatan
dan kedudukan yang tinggi di sisi Alloh pun telah beliau -shollallohu
‘alaihi wa sallam dapatkan. Bukankah Alloh -ta’ala dan seluruh
malaikat-malaikatnya seluruhnya bersholawat kepada Nabi -shollallohu
‘alaihi wa sallam-? Lalu apakah arti sholawat kita, kita membaca
sholawat karena kita yang butuh untuk kebaikan untuk diri kita sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]
Sholawat Alloh atas nabi maksudnya pujian
dan sanjungan Alloh -ta’ala- kepada beliau di hadapan para
malaikat-malaikatnya. Sholawat malaikat maknanya do’a kepada beliau.
Sholawat umatnya kepada beliau maksudnya permohonan ampunan kepada
beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam-.
Dari uraian singkat di atas, maka sangat
tidak beralasan adanya anggapan bahwa kami anti baca shalawat atas Nabi
-sholallohu ‘alaihi wa sallam-. Bahkan, dengan membaca tulisan
klarifikasi ini tentu pembaca paham bahwa seringkali saya menuliskan
lafadz –shollallohu ‘alaihi wa sallam–
setelah menyebutkan nama beliau sebagai bentuk do’a sholawat dan salam
saya kepada beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dan tak pernah
dijumpai satu kali pun dalam tulisan-tulisan saya dengan mencukupkan
menulis ‘SAW’ sebagai pengganti sholawat. Orang yang mendengar Nama
beliau -shallallohu ‘alaihi wa sallam- disebut namun ia tidak
bersholawat, sungguh telah merugilah ia.
Kami juga meyakini bahwa membaca sholawat
tatkala tasyahud akhir adalah disyariatkan sehingga kami pun membacanya,
meski para ulama berselisih pendapat tentang wajib atau tidaknya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ
الْجُمُعَةِ، فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
عَشْرًا.
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat kepadaku pada hari dan
malam Jum’at, barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali niscaya Allah
bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR Baihaqi dari Anas bin Malik dan dishahihkan Syaikh Albani)
Kita juga dianjurkan membaca sholawat
setelah menjawab adzan, ketika membawa qunut witir, saat khotib
berkhotbah (seperti khotabh jum’at, Ied, Istisqo’ dll), ketika masuk dan
keluar masjid, ketika berdo’a, dan waktu-waktu yang lain.
Mungkin yang jadi permasalahan adalah karena
kami hanya mencukupkan diri dengan tata cara membaca shalawat yang
diajarkan Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-, baik yang terkait
lafadz, jumlah bilangan, waktu, tempat, sebab dan kaifiyahnya. Kami
tidak membaca sholawat yang tidak pernah diajarkan nabi -shollallohu
‘alaihi wa sallam- yang berisi sanjungan yang berlebih-lebihan kepada
beliau memang benar adanya, semacam sholawat Nariyah dan semacamnya.
Kami juga tidak membatasi sholawat dengan membatasinya dengan jumlah
bilangan tertentu yang tidak diperintahkan Nabi -shollallohu ‘alaihi wa
sallam-. Demikian pula kami tidak mengkhususkan membaca sholawat dengan
mengaitkannya pada waktu, tempat, sebab dan tata cara yang tidak
dicontohkan nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dengan meyakini
keutamaannya.
Mungkin juga yang jadi permasalahan
munculnya tuduhan ini adalah karena kami tidak melakukan ‘sholawatan’
setelah adzan dikumandangkan di masjid dengan nyanyian lewat pengeras
suara. Ada pun hadits berikut ini kami mengakui ke shahihannya:
، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّهُ
سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا
سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا
عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ
بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا
مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ
اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ
حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ»
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash -rahiyallohu ‘anhuma-
bahwasannya Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda : “Jika
kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan, kemudian bersholawatlah kepadaku.
Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali maka Alloh akan
bersholawat untuknya sepuluh kali. Kemudian, mohonkanlah (kepada Alloh)
untukku al-wasilah, yaitu sebuah tempat di surga, yang tidak akan
diberikan kecuali kepada hamba Alloh. Dan aku berharap bahwa hamba itu
adalah aku. Barang siapa yang memohonkan al-wasilah untukku, maka pasti
baginya syafaat”. (HR Muslim dan Ahmad)
Kami meyakini bahwa hadits ini adalah shahih. Kita diperintahkan
membaca sholawat setelah mendengar adzan selesai sebelum membaca do’a
permohonan al-wasilah kepada beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam- tapi
bukan dengan cara-cara seperti yang ada saat ini, dengan dilagukan
dengan pengeras suara yang justru mengganggu kekhusyu’an saudara-saudara
kita yang mungkin lagi mengerjakan sholat sunnah atau berdzikir.
Demikian, semoga bisa memberi pencerahan atas tuduhan yang dialamatkan ke kami.
Related Posts :
Oase Islam
0 komentar:
Posting Komentar