*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Jumat, 12 Februari 2010

Sebuah Klarifikasi: Ada Aliran Sesat di Mintobasuki? – Bag 7

Membaca Sholawat Atas Nabi -shollallaohu ‘alaihi wa sallam-
_11Ada tuduhan kepada kami bahwa kami anti membaca shalawat kepada rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam. Ini adalah tuduhan yang tidak berdasar sama sekali. Kami meyakini membaca shalawat atas Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- adalah sebuah keutamaan dan ibadah yang mulia. Hendaknya seorang muslim banyak-banyak membaca sholawat kepada beliau sebagai bentuk penghormatan dan syukur atas diutusnya beliau -shollallahu ‘alaihi wa sallam- yang telah menunjukkan kita ke pada jalan kebenaran setelah sebelumnya umat manusia terjerembab ke dalam jurang kenistaan. Sudah sepantasnya sholawat dan salam kita tercurahkan kepada beliau dan keluarganya, para shahabatnya -radhiyallohu ‘anhum- dan kepada seluruh pengikutnya yang setia mengikuti jejak langkah beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam-.
Kita diperintahkan membaca sholawat kepada Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bukan berarti beliau butuh akan sholawat kita, akan tetapi kitalah yang sebenarnya butuh dengan bacaan sholawat kita kepada beliau. Tanpa kita bershalawat kepada beliau pun kemuliaan, kehormatan dan kedudukan yang tinggi di sisi Alloh pun telah beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam dapatkan. Bukankah Alloh -ta’ala dan seluruh malaikat-malaikatnya seluruhnya bersholawat kepada Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-? Lalu apakah arti sholawat kita, kita membaca sholawat karena kita yang butuh untuk kebaikan untuk diri kita sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]
Sholawat Alloh atas nabi maksudnya pujian dan sanjungan Alloh -ta’ala- kepada beliau di hadapan para malaikat-malaikatnya. Sholawat malaikat maknanya do’a kepada beliau. Sholawat umatnya kepada beliau maksudnya permohonan ampunan kepada beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam-.
Dari uraian singkat di atas, maka sangat tidak beralasan adanya anggapan bahwa kami anti baca shalawat atas Nabi -sholallohu ‘alaihi wa sallam-. Bahkan, dengan membaca tulisan klarifikasi ini tentu pembaca paham bahwa seringkali saya menuliskan lafadz shollallohu ‘alaihi wa sallam– setelah menyebutkan nama beliau sebagai bentuk do’a sholawat dan salam saya kepada beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dan tak pernah dijumpai satu kali pun dalam tulisan-tulisan saya dengan mencukupkan menulis ‘SAW’ sebagai pengganti sholawat. Orang yang mendengar Nama beliau -shallallohu ‘alaihi wa sallam- disebut namun ia tidak bersholawat, sungguh telah merugilah ia.
Kami juga meyakini bahwa membaca sholawat tatkala tasyahud akhir adalah disyariatkan sehingga kami pun membacanya, meski para ulama berselisih pendapat tentang wajib atau tidaknya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا.
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat kepadaku pada hari dan malam Jum’at, barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR Baihaqi dari Anas bin Malik dan dishahihkan Syaikh Albani)
Kita juga dianjurkan membaca sholawat setelah menjawab adzan, ketika membawa qunut witir, saat khotib berkhotbah (seperti khotabh jum’at, Ied, Istisqo’ dll), ketika masuk dan keluar masjid, ketika berdo’a, dan waktu-waktu yang lain.
Mungkin yang jadi permasalahan adalah karena kami hanya mencukupkan diri dengan tata cara membaca shalawat yang diajarkan Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-, baik yang terkait lafadz, jumlah bilangan, waktu, tempat, sebab dan kaifiyahnya. Kami tidak membaca sholawat yang tidak pernah diajarkan nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- yang berisi sanjungan yang berlebih-lebihan kepada beliau memang benar adanya, semacam sholawat Nariyah dan semacamnya. Kami juga tidak membatasi sholawat dengan membatasinya dengan jumlah bilangan tertentu yang tidak diperintahkan Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-. Demikian pula kami tidak mengkhususkan membaca sholawat dengan mengaitkannya pada waktu, tempat, sebab dan tata cara yang tidak dicontohkan nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dengan meyakini keutamaannya.
Mungkin juga yang jadi permasalahan munculnya tuduhan ini adalah karena kami tidak melakukan ‘sholawatan’ setelah adzan dikumandangkan di masjid dengan nyanyian lewat pengeras suara. Ada pun hadits berikut ini kami mengakui ke shahihannya:
، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ»
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash -rahiyallohu ‘anhuma- bahwasannya Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda : “Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan, kemudian bersholawatlah kepadaku. Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali maka Alloh akan bersholawat untuknya sepuluh kali. Kemudian, mohonkanlah (kepada Alloh) untukku al-wasilah, yaitu sebuah tempat di surga, yang tidak akan diberikan kecuali kepada hamba Alloh. Dan aku berharap bahwa hamba itu adalah aku. Barang siapa yang memohonkan al-wasilah untukku, maka pasti baginya syafaat”. (HR Muslim dan Ahmad)
Kami meyakini bahwa hadits ini adalah shahih. Kita diperintahkan membaca sholawat setelah mendengar adzan selesai sebelum membaca do’a permohonan al-wasilah kepada beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam- tapi bukan dengan cara-cara seperti yang ada saat ini, dengan dilagukan dengan pengeras suara yang justru mengganggu kekhusyu’an saudara-saudara kita yang mungkin lagi mengerjakan sholat sunnah atau berdzikir.
Demikian, semoga bisa memberi pencerahan atas tuduhan yang dialamatkan ke kami.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)