*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Senin, 15 Februari 2010

Sebuah Klarifikasi: Ada Aliran Sesat di Mintobasuki? – Bag 9

Mendo’akan Kaum Muslimin yang Telah Meninggal
pemakaman-baqi-diperuntukan-bagi-jamaah-haji-yang-wafat-di-_121015181142-847Alloh memerintahkan kaum muslimin untuk saling berkasih sayang di antara mereka. Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- menggambarkan kasih sayang mereka dengan yang lainnya ibarat satu tubuh jika ada satu bagian tubuh yang sakit maka bagian tubuh yang lain pun merasakan sakitnya, mata tidak bisa terpejam dan seluruh badan meriang. Sungguh indah perumpamaan yang diberikan oleh Nabi kita -shollallohu ‘alaihi wa sallam-. Kasih sayang tersebut tidak hanya tatkala mereka masih hidup di dunia saja bahkan ketika mereka sudah meninggal, bahkan sampai kelak di hari kiamat. Kaum mukminin pada hari penghisaban nanti akan saling memberikan syafaat antara satu dengan yang lainnya. Mereka saling berkasih sayang di akhirat sebagaimana mereka saling berkasih sayang tatkala di dunia. Mereka akan gundah jika mengetahui masih ada diantara saudara-saudara sesama muslimnya tatkala di dunia harus menjalani siksa neraka.
Demikianlah kaum muslimin diikat dengan ukhuwah dan rahmat diantara mereka. Tidak hanya tatkala mereka hidup bahkan ketika mereka sudah meninggal. Di antara adab-adab tatkala saudara kita -sesama muslim- meninggal adalah dengan mengurusi jenazahnya, menunaikan tanggungan-tanggungannya dan mendoakannya.
Ulama sepakat bahwa mensholatkan jenazah muslim adalah disyariatkan bahkan wajib. Kaum muslimin seluruhnya berdosa jika tidak ada satu pun yang mensholatkannya dengan sengaja. Dalam bacaan sholat jenazah yang dibaca adalah do’a kepada mayat agar diampuni dosanya, dirahmati Alloh, diberi kebahagiaan di alam kuburnya, dan dimaafkan kesalahan-kesalahannya. Inilah i’tiqad (keyakinan) kami bahwa mendoakan orang yang sudah meninggal adalah masyru’ah (disyariatkan). Do’a orang yang hidup kepada orang yang sudah meninggal adalah sampai. Alloh -ta’ala- berfirman:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (QS Al-Hasyr: 10)
Ini adalah dalil kuat bahwa mendoakan orang Islam yang telah meninggal adalah disyariatkan dan do’a tersebut bisa memberi manfaat kepada si mayit. Dalam riwayat yang lain, nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- mengajarkan do’a ketika berziarah kubur :
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
“Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.” (HR. Ahmad , Muslim , Ibnu Hibban , dan yang lainnya).
Ini juga merupakan dalil penguat bahwa do’a kepada penghuni kubur  adalah bermanfaat dan sampai. Kalaulah tidak sampai, tentu Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- tidak akan mengajarkannya kepada kita. Dan masih banyak dalil-dalil lainnya yang menunjukkan akan hal ini.
Oleh karenanya, hendaklah kita mendoakan saudara-saudara kita sesama muslim yang telah meninggal baik dengan do’a-do’a yang sifatnya umum maupun khusus. Do’a khusus misalnya kita do’akan si fulan yang telah meninggal agar diampuni dosa-dosanya dan diterima amal-amal baiknya. Misalnya juga do’a kita kepada orang tua tua kita yang telah wafat dengan do’a :
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْراً
“Wahai Rabbku rahmatilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka mendidikku sewaktu kecil”. (QS al-Isra’ ayat 24)
Do’a bersifat umum misalnya do’a yang kita baca sewaktu tasyahud: السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ “Ya Alloh berikanlah keselamatan kepada kami dan hamba-hambaMu yang shalih”. Do’a ini umum mencakup seluruh hamba Alloh yang shalih baik yang masih hidup atau pun yang sudah meninggal.
Lalu apa masalahnya dengan kami? Mungkin yang jadi masalah adalah karena kami menolak cara-cara yang tidak pernah diajarkan Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dalam mendoakan orang meninggal. Cara-cara yang kami maksud adalah dengan mengirimkan bacaan-bacaan kalimat tayyibah kepada mayit, seperti tahlil, tahmid, tasbih, bacaan Qur’an dan sebagainya.
Memang kami akui adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang bacaan Qur’an yang dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal. Sebagian ulama mengatakan sampai namun sebagian lagi mengatakan tidak sampai. Imam Ahmad adalah tokoh yang mengatakan sampainya pahala bacaan Qur’an untuk orang yang sudah meninggal. Pendapat beliau ini berseberangan dengan pendapat Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa bacaan Qur’an tidak akan sampai karena hal semacam itu tidak pernah dinukil riwayatnya dari Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dan para shahabatnya -radhiyallohu ‘anhum-. Seandainya hal tersebut baik tentulah mereka yang pertama kali akan mengamalkannya. Pendapat inilah yang menurut saya lebih kuat -Allohu a’lam-.
Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama di atas, hal yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa para ulama yang mengatakan sampainya bacaan Qur’an kepada mayit tidak pernah membuat formula-formula tertentu untuk mendoakannya, semisal harus baca ini sekian dan sekian, harus surat ini dan itu, harus dibaca dihari ini dan itu. Ini semua adalah tidak dikenal dan tidak diajarkan oleh mereka.
Perlu dipahami juga bahwa kami bukanlah orang yang pertama kali yang mengikuti pendapat ini, sebelumnya telah ada organisasi Muhammadiyyah, PERSIS, Al-Irsyad dan lain-lainnya yang juga tidak melakukan ritual-ritual tersebut untuk mendokan orang yang sudah mati. Sehingga mengatakan sesat hanya karena tidak mengikuti cara-cara kaum tradisional dalam mendoakan orang meninggal adalah tidak tepat.
Demikian, semoga bisa memberikan pencerahan bagi kita semua.
Allohu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)