*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Selasa, 24 Maret 2015

Sisa Masa Lalu yang Tergerus Jaman


benthikPernahkah anda bermain petak umpet, atau jilong delik, atau benthikan, atau betengan, atau Ding-ding Prok atau yang semisal? Jika pernah, berarti saat ini anda tidak lagi remaja, bisa jadi usia anda sudah berkepala 3 atau mendekati kepala 3. Yah, banyak permainan tradisional yang sekarang sudah punah tergerus arus modernisasi. Kita tahu permainan tersebut adalah ‘game’ favorit kita di masa kecil, di era 80-an atau awal-awal 90-an. Betapa asiknya ketika pulang sekolah kita membuat janji dengan teman-teman untuk bermain bareng di tempat yang telah disepakati. Gelak tawa dan canda riang mewarnai kebersamaan. Waktu yang mengalir tak terasa mengantarkan sang mentari di ufuk barat tuk kembali ke peraduannya. Ya…permainan mengasyikkan yang selalu membuat kita lupa waktu.
Saat itu acara di televisi belumlah menggila seperti hari ini. Handphone belum lahir. Komputer masih embrio. Internet apa lagi, kebayang saja belum… Semua masih alami dan tradisional. Televisi yang ada hanya TVRI, baru kemudian TPI, RCTI dan SCTV. Hiburan layar kaca masih minim. ANak-anak masih suka cari hiburan di luar rumah. Selain itu, tidak semua rumah ada TV-nya. Rata-rata TV masih hitam putih. Antena UHV dengan inverter seadanya. Hanya orang-orang tertentu yang punya, orang kaya atau pedagang untuk menarik minat anak-anak agar mau mampir ke warungnya.

Permainan tradisional seperti itu sekarang sudah punah. Sudah tidak kita jumpai ada anak-anak yang bermain petak umpet, benthik dan yang semisalnya. Kalau kita tanya anak-anak kita mungkin dia akan balik bertanya; “Benthik itu apa, Pak?”. Yang ada sekarang permainan ‘game’online. Atau mangkal di play station. Atau sibuk dengan aktivitasnya di sosmed. Sepulang sekolah, anak-anak yang dipegang langsung remote TV. Berjam-jam betah nongkrong di depan TV. Berpindah dari satu acara ke acara yang lain, dari satu chanel ke chanel yang lain. Terkadang bosan, jenuh,… Indahnya kebersamaan dan manisnya keakraban di antara teman sebaya seolah sirna tergerus arus modernisasi yang kian menggila. Berganti hiruk pikuk acara TV atau game di gadget dan sosmed. Meski tidak total demikian, tapi perubahan itu demikian terasa.
APakah ini salah? Tidak juga, memang inilah arus yang mengalir, tidak ada yang sanggup membendung. Hanya saja -menurut pandangan saya pribadi yang cekak- ke depannya mungkin akan ada dampak negatif yang timbul. Sifat individualistis yang membudaya, sensivitas terhadap lingkungan dan empati terhadap sesama yang kian menipis. Seseorang merasa cukup terhibur dengan apa yang ada di tangannya tanpa melihat sekelilingnya. Diakui atau tidak, seseorang yang terlalu intent dengan dunia ‘gadget’-nya akan kehilangan banyak waktu di dunia nyata. Padahal kita tidaklah hidup di dunia maya. Kaki kita masih menginjak tanah di atas bumi sehingga porsi untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan manusia di sekitar kita perlu diperhatikan. Akan sayang jika waktu kita banyak terbuang hanya untuk bersenang-senang dengan penduduk dunia maya yang kadang tidak bermanfaat buat kita.
Manfaatkan sesuatu itu seperlunya. Tidak berlebih-lebihan. Kita butuh media teknologi untuk mempermudah hidup  dan meningkatkan kualitas hidup kita, bukan sebaliknya. Saya tidak melarang anak-anak kita difasilitasi gadget atau pun TV dan semisalnya. Tapi berikanlah sesuatu itu pada porsinya yang tepat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)