*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Sabtu, 14 Maret 2015

Oleh-Oleh Dari Negeri Ginseng


tumblr_lip503w2qg1qdhclco1_500Sangat disarankan, sebelum membaca tulisan ini untuk membaca dulu tulisan Jangan Silau Dengan Kehebatan Orang Kafir . Mohon dipahami dulu baik-baik baru membaca tulisan ini. Biar kita bisa mensyukuri negeri kita sendiri, negerinya kaum muslimin, Indonesia.
Beberapa bulan yang lalu kebetulan saya berkesempatan berkunjung ke Korea Selatan karena ada urusan pekerjaan dari perusahaan. Sekitar 6 hari lamanya, 14 – 19 April 2014. Sebenarnya, bukanlah kebanggaan bisa pergi ke negeri Gingseng itu, tapi paling tidak ada butiran-butiran mutiara di antara pekatnya debu yang sempat saya kumpulkan untuk dijadikan oleh-oleh yang bisa dibagi-bagikan buat saudara-saudaraku di sini. Sebenarnya ada beberapa saudara kita sekampung yang bekerja mencari nafkah di sana. Akan tetapi karena padatnya jadwal saat itu saya tidak sempat ke mana-mana. Hanya bertemu via chatting di dunia maya.
Pesawat Cathay Pacific yang kami tumpangi mendarat di bandara Incheon International Airport sekitar jam 20.00 malam waktu setempat, atau sekitar pukul 18.00 WIB. Letaknya di distrik Incheon yang berjarak sekitar 70 KM sebelah barat Seoul, ibu kota Korea Selatan. Umumnya, setiap penerbangan dari luar negeri termasuk Indonesia mendaratnya di bandara ini. Setelah melalui pemeriksaan di bagian keimigrasian kami pun meluncur ke Hotel yang berlokasi di Gimpo, dekat dengan Gimpo International Air Port.
Selama di Korea, ada beberapa hal yang menurutku menarik karena hal semacam ini jarang dijumpai di negeri sendiri. Namun sekali lagi, ini bukanlah rekomendasi dari saya atas negeri ini, karena Korea bukanlah negeri yang sempurna apalagi bukan negeri kaum muslimin. Bagaimana pun juga Indonesia Raya tetaplah negeri tercinta sepanjang masa.
1.  Tipe Pekerja Keras
Di bandara, di stasiun, di pemberhentian subway dan di jalan-jalan hampir tidak dijumpai orang yang berjalan santai. Semua seolah sedang dalam kesibukan sehingga jalan pun nampak terburu-buru. Jangan heran kalau kadang kita lihat mereka berjalan setengah berlari. Ini hal yang umum dijumpai di sini.
Seorang Korea, Manager sebuah perusahaan principal kami yang menemani kami selama di Korea hampir tidak pernah duduk-duduk santai. Sebuah laptop selalu menyala di depannya ketika kami bepergian bersama dalam sebuah kereta. Handphone-nya pun seolah berdering setiap waktu. Waktu senggangnya seolah tidak pernah terbuang percuma.
Kerja keras mereka tidaklah sia-sia. Saat ini Korea telah menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia. Sektor industri merupakan sektor yang paling dominan di sini selain sektor pertanian yang juga dikembangkan dengan sistem modern. Korea merupakan kompetitor berat bagi Jepang dalam dunia industri otomotif, elektronik, dan mekanik. Pertumbuhan sektor industri inilah yang banyak menyerap tenaga kerja, bukan saja dari warga negaranya sendiri tapi juga warga negara asing, tak terkecuali Indonesia. Namun dalam perkembangan terakhir ada fenomena dimana generasi korea lebih suka bekerja di sektor perbankkan dan administrasi dibandingkan sektor industri.
2. Transportasi Umum jadi Favorit mereka
dsc_0755Beda dengan orang kita yang merasa bangga ketika bisa menaiki kendaraan pribadi yang menjadikan macet jalan-jalan umum, justru orang-orang di sini lebih suka memilih sarana transportasi umum. Transportasi umum seperti Bis dan kereta dibuat senyaman mungkin baik dari segi tempat maupun pelayanan agar para pengguna juga merasa nyaman. Sehingga tidak jarang ditemui para Big Bos yang juga memanfaatkan sarana transportasi umum.
Kereta adalah pilihan favorit mereka, selain on time juga murah, nyaman lagi. Perusahaan kereta api di sana ditangani oleh Korail, semacam KAI kalau di negara kita.  Di Korea ada kereta dalam kota dan kereta antar kota. Untuk transportasi dalam kota ada kereta bawah tanah (Subway) kalau di Jakarta ada Commuter Line. Di Korsel ada dua subway, di Seoul dan di Busan. Jika baru pertama kali naik memang agak membingungkan karena banyak jalur di sini.
Untuk kereta api antar kota dilayani oleh KTX (Korean Train eXpress) yang merupakan satu diantara kereta tercepat di dunia. Kebetulan saya berkesempatan untuk menjajal kedigdayaan kereta ini bersama rombongan. Perjalanan dari Seoul ke Mokpo yang berjarak sekitar 320 km hanya ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam. Tidak salah kalau KTX menyandang nama besar sebagai sarana transportasi yang tersohor, selain performanya, setiap pengguna juga merasa dilayani secara personal.
Angkutan darat lainnya adalah Bus. Ada intercity bus dan express bus. Untuk intercity bus ada dua pilihan, tipe reguler dan non stop. Tipe reguler, bus biasanya menaikkan dan menurunkan penumpang disetiap kota yang dilewati, mungkin seperti bus AKAP atau AKDP kalau di tempat kita. Cuma bedanya kalau di tempat kita kadang penumpang diperlakukan tidak manusiawi, bus sudah penuh sampai penumpang tidak kebagian tempat duduk masih dijejali penumpang lagi. Sedangkan kalau tipe non stop, bis hanya berhenti di kota yang dituju. Beda halnya dengan express bus yang langsung menuju kota tujuan dan tidak berhenti di setiap kota. Bedanya dengan intercity bus adalah pada jalur tol yang dilalui. Semua bis di sini adalah Patas, ber-AC dingin dan tidak ada penumpang yang berdiri.
3. Perhatian Mereka dalam Menjaga Kebugaran dan Kesehatan

Teman saya berkata :”Coba cari ada nggak orang korea yang gemuk?”. Saya baru sadar memang hampir tidak pernah saya ketemukan -sepanjang perjalananke sini- ada orang korea yang terlihat overweight. Tapi bukan berarti tidak ada, lho. Rata-rata berpostur ideal atau bahkan bisa dikata agak kurus, baik laki-laki maupun perempuannya. Orang Korea memang menaruh perhatian besar untuk masalah kesehatan dan perawatan fisik. Terlebih bagi kaum hawa, tampil cantik dan menarik adalah sudah menjadi kebutuhan primer mereka. So, kalau jalan-jalan ke sana sering-seringlah melihat jempol kaki agar mata tidak tersandung-sandung.
Pernah suatu ketika saya harus berlari-lari kecil dari stasiun ke tempat parkir yang jaraknya cukup jauh dengan seorang korea. Sebenarnya bukan sengaja beradu lari tapi karena suatu kami harus cepat-cepat ke parkiran. Waktu itu saya merasa mampu untuk mengimbangi orang ini. Sampai di lokasi nafasku terengah-engah sedangkan si Korea ini masih nampak biasa-biasa saja. Aku sempat diledeki. Di sampaikan kalau dia tiap hari menyempatkan olah raga dan kegemarannya adalah renang. Bos dia pun menganjurkanku untuk menjaga fisik dengan lari karena lari bisa menguatkan kaki dan menyehatkan jantung, begitu katanya.
Untuk urusan makanan mereka pun cukup ketat. Mereka menghindari makanan yang banyak mengandung kolesterol, seperti makanan-makanan yang digoreng. Padahal di sini berjibun makanan yang dimasak dengan minyak goreng berkolesterol. Kalau mau menggoreng pun mereka tidak menggunakan sembarang minyak goreng tapi dengan minyak zaitun yang di sini harganya relatif mahal. Kalau kita jualan nasi goreng atau pisang goreng dan sebangsanya di Korea mungkin kurang laku kali ya…. Saya pernah bertanya ke teman kenapa bau dapur orang Korea selalu aromanya khas. Dan kalau menurut hidung saya yang dari Indo justru kurang sedap dan bikin hilang selera makan. Ternyata mereka memang biasa memasak dengan bumbu pasta fermentasi kedelai, juga ada bawang putih, kecap, jahe. Untuk konsumsi gula dan garam pun mereka batasi, beda dengan kita-kita, kan? Intinya, mereka sangat perhatian dengan apa yang mereka konsumsi karena tahu mencegah itu lebih baik dari pada mengobati.
Bagaimana dengan perokok? Sepanjang yang saya lihat jarang ada orang yang merokok di tempat-tempat umum layaknya di negeri kita yang merupakan surga firdaus jannatin naim-nya para perokok.
Singkatnya, orang Korea punya budaya hidup sehat yang dimulai dari olah fisik, perawatan badan sampai dalam urusan makan dan minum. Sehingga tidak heran meski di usia yang cukup lanjut mereka tetap mampu beraktifitas dengan prima dan secara fisik lebih muda dari usianya. Tapi, nanti saya akan cerita kalau orang korea juga punya kebiasaan jorok. Ya, nanti…
4. Tidak di jumpai Kemacetan di Jalan Raya
Ini yang terkadang membuat saya mikir. Meski Seoul bisa dibilang kota Industri dan perkantoran tapi jarang dijumpai kemacetan panjang layaknya Jakarta. Arus lalu lintas lancar-lancar saja, mungkin malah bisa dibilang cukup lengang kalau dibandingkan Jakarta. Kendaraan pribadi di sana umumnya mobil, jarang bahkan tidak pernah saya jumpai sepeda motor berlalu lalang di jalan raya. Andai ada hanya motor-motor ber cc besar dan itu pun -kata teman Korea ini- untuk antar pesanan dari toko makanan atau yang semisalnya yang melayani jasa antar jemput. Mungkin karena kondisi suhu udaranya yang dingin yang menjadikan kendaraan roda dua tidak banyak digunakan di sini selain karena alasan keselamatan.
5. Kedisiplinan
Selama di Korea kami menginap di Lotte Hotel dekat dengan Gimpo Air Port. Suatu ketika telephon di kamar hotel berdering mengingatkan kami bahwa ada tamu yang sudah menunggu di bawah. Kami memang janji jam 7 pagi di hari itu, tapi hawa dingin membuat kami agak malas keluar pagi.  Maklumlah, kami orang Indonesia yang kalau janji jam 7 paling cepat sampai jam 8. Kedisiplinan mereka yang membuat kami harus bisa menyesuaikan diri.
Suatu ketika kami buru-buru untuk menuju suatu tempat yang letaknya di seberang jalan. Perlu di ketahui, di tempat-tempat tertentu bagi penyeberang jalan ada tempat khusus -sebagaimana di Indo- seperti Zebra Cross dan dilengkapi traffic Light. Ketika lampu menyala merah, tidak ada penyeberang jalan yang nyelonong meski jalanan saat itu lagi sepi dan nyaris tidak ada mobil yang lewat. Bagaimana dengan kita? Andai kita mau langsung nyebrang juga tidak masalah, tapi orang-orang disini disiplin mematuhi aturan yang telah mereka buat.
 6. Infrastruktur
Infrastruktur yang baik akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Orang Korea paham akan hal ini. Sarana-sarana transportasi dan komunikasi selalu dikembangkan. Korea memiliki Incheon Bridge yang merupakan jembatan terpanjang di dunia yang menghubungkan Incheon International Air Port dan Songdo. Dari Songdo, jembatan sepanjang 12.5 km dan lebar 33.4 m ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit. Selain jembatan yang menghubungkan Incheon Bridge, ada juga jembatan Yeongjong Grand Bridge yang menghubungkan daerah pantai Incheon dengan pulau Yeongjong.
Di jalan tol, mobil tidak usah berhenti untuk ambil tiket atau membayar tol, akan tetapi setiap pintu tol dilengkapi sistem sensor sehingga mempercepat waktu dan memangkas antrean kendaraan. Demikian pula di perempatan lampu merah tidak ada pos polisi yang berdiri akan tetapi setiap lampu merah dilengkapi dengan sesor yang akan mendeteksi kendaraan yang melanggar, dan tentu saja akan muncul tagihan denda bagi si pelanggar.
Suatu ketika kami melakukan perjalanan dari Seoul ke Mokpo dengan kereta cepat KTX. Hal yang menarik adalah adanya jalur kereta yang menembus gunung maupun perbukitan. Terowongan-terowongan yang dilalui kereta cukup panjang dan tentunya semua itu tidak lepas dari perencanaan dan desain yang matang. Dan selama perjalanan beberapa kali kereta yang kami tumpangi melalui terowongan-terowongan panjang tersebut. Ini tentu lebih efisien jika dibandingkan harus membuat track yang mengitari bukit.
Untuk menuju Seoul dari Lotte Hotel di Gimpo kami cukup turun lift hotel. Hotel tempat kami menginap di desain sedemikian rupa sehingga terintegrasi dengan Mall (bawah tanah) dan Subway (semacam commuter line bawah tanah). Jadi untuk menuju stasiun terdekat kami cukup turun ke bawah, menuju tempat pengambilan tiket dan menunggu kereta menuju lokasi yang akan dituju. Banyak jalur Subway di sini jadi beberapa kali kami harus tanya-tanya ke petugas. Benar-benar perencanaan kota yang matang.
7. Kota yang Bersih
Waktu luang yang ada kami gunakan untuk berjalan-jalan di pasar tradisional Korea, Namdaemon Market. Kalau di Jakarta mungkin seperti pasar Tanah Abang, atau Johar di Semarang atau Klewer kalau di Solo. Namdaemon adalah pusat pasar wisata di Korea yang menyediakan berbagai souvenir dan fashion dengan harga miring. Menariknya, meski pasar tradisional akan tetapi masyarakat sini sangat menjaga kebersihan. Tidak ada sampah yang tercecer apalagi yang menumpuk di tepi jalan. Air yang menggenang pun tidak dijumpai. Bersih dan kering. Bagaimana dengan pasar tradisional di tempat kita?
Selama menyusuri jalan-jalan di Seoul aku memang sengaja mau mengecek apakah benar kata orang kalau negara maju itu selalu menjaga kebersihan. Dan memang, selama saya di sana, ada benarnya pernyataan tersebut. Aku belum pernah melihat tumpukan sampah di tepi-tepi jalan, sudut-sudut kota yang kotor, coretan-coretan di dinding, atau tempat-tempat yang jorok tak terawat. Seolah semua lekuk kota telah mendapat sentuhan tangan. Semua nampak tertata, teratur dan terencana dengan baik. Bahkan, dinas kebersihan kota telah menyediakan mobil yang bertugas mengepel jalan yang berdebu.
2007-05 Korea07Paradigma Clean and Dry menjadi sesuatu yang membudaya di Korea. Ini yang menyusahkan kami kalau lagi masuk toilet. Toilet yang ada rata-rata tidak menyediakan fasilitas untuk cebok sehabis kencing karena umunya mereka cebok dengan tisu atau kalau kencing mungkin malah tidak cebok sama sekali. Toilet pun dilengkapi dengan perangkat digital. Kadang tidak perlu pencet tombol, begitu anda mundur air akan keluar sendiri. Di Indonesia pun sebenarnya sudah banyak seperti ini. Intinya, mereka benar-benar menjaga kondisi agar tetap clean and dry, selain karena faktor penghematan penggunaan air. Memang, lantai kamar mandi akan selalu bersih dan kering, tapi dari tinjauan syariat justru jorok bagi si penggunanya karena tidak bisa bersuci pakai air. Nah, ini yang saya bilang tadi orang Korea kadang juga punya kebiasaan jorok. Untuk mensiasati hal ini ya basahi aja tissunya pakai wastafel buat bersuci. Tapi yang lebih parah lagi kalau mau wudhu’ dan kebetulan tidak lagi di Hotel. Terpaksa wudhu di wastafel dan cuci kaki di wastafel.
8. Bagaimana Kaum Muslimin di sana?

10013645_622038427888945_7400545738743745495_n
Kaum Muslimin Melakukan Sholat Jumat
Di Korea kaum muslimin adalah minoritas. Rata-rata kaum muslimin yang ada adalah pendatang meski banyak juga dari penduduk lokal. Jumlahnya hanya 0,1% dari total penduduk 50 juta jiwa. Padi hari jum’at saya dan rombongan menyempatkan diri menghadiri sholat Jum’at di Seoul Central Mosque yang berada di Itaewon, Seoul. Kaum muslimin dari berbagai etnis ada di sana. Dari eropa yang berkulit bule sampai Muslim Afrika yang berkulit hitam tumpah ruah di sana. Ada beberapa warga negara Indonesia yang kami jumpai. INi adalah satu-satunya masjid di Seoul yang dibangun oleh pemerintah. Letaknya di perbukitan. Di sekitar masjid ini ada restoran-restoran yang menjual makanan halal yang dikelola oleh orang muslim.
Yang membuat saya terkesan adalah imam dan khotib di sini telah mengamalkan sunnah dalam khotbah dan dalam pelaksanaan sholatnya. Adzan cuma sekali. Tidak ada salam-salaman setelah sholat. Dan tidak ada dzikir jamaah. Khotbah pertama disampaikan dalam bahasa Inggris, sedangkan khotbah kedua dalam bahasa Korea.
Nah, ini dulu oleh-olehnya. Tapi perlu diingat, tulisan ini bukan pujian untuk Korea, hanya gambaran sepintas dari negeri ginseng itu. Berikut ini saya sampaikan catatan hitamnya juga:
Hal yang perlu diketahui juga adalah bahwa negeri ini bukanlah negara mayoritas muslim jadi akan sangat langka ditemui simbol-simbol Islam di sini. Mayoritas keyakinan penduduk sini adalah Atheis 45%,  agama Budha (23%), Kristen (18%) dan Katolik (10%) secara berturut-turut. Jadi jangan berharap anda bisa ketemu tempat sholat dengan mudah sebagaimana di Indonesia. Orang sini juga biasa mengkonsumsi daging babi dengan berbagai turunannya, jadi berhati-hatilah ketika membeli makanan di restoran-restoran dan supr market. Paling aman adalah makan dengan sea food atau sayur saja.
Meski tadi saya sampaikan mereka orang yang perduli akan kesehatan tapi di lain sisi mereka juga terbiasa merusak diri mereka sendiri dengan sesuatu yang membahayakan kesehatan. Misalnya saja, selain mengkonsumsi daging babi, mereka juga mengkonsumsi minuman-minuman keras dan semacamnya yang dalam syariat kita jelas terlarang.
Free Sex adalah hal yang lumrah di sini. Pergaulan bebas muda-mudi adalah hal yang biasa. Bahkan hidup serumah tanpa ikatan pernikahan adalah kasus yang biasa. Korea juga memberikan kontribusi besar bagi maraknya industri pornografi lewat content film-film dewasa, selain Jepang dan China.
Demikian sepintas pengalaman yang menurut saya cukup unik dari negeri Gingseng ini. Mungkin rekan-rekan yang telah lama di sini akan lebih paham akan kondisi yang sebenarnya. Terima kasih telah meluangkan waktu membaca tulisan ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)