Membangun sesuatu itu butuh waktu dan kerja keras para ahlinya,
sedangkan untuk menghancurkan sesuatu siapa pun bisa dan tak butuh waktu
lama. Demikian pula membangun karakter yang baik, tidak bisa instan.
Butuh proses yang lama dan berkesinambungan. Butuh mentor yang cakap dan
berkompeten. Butuh kerja keras dan profesional. Membangun karakter
lebih sulit dari pada membangun bangunan fisik karena karakter adalah
sesuatu yang abstrak dan tidak nampak. Karakter adalah sesuatu yang
tersembunyi pada diri seseorang namun berpengaruh pada perilaku yang
nampak. Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan yang terbentuk secara
alamiah dalam diri seseorang melalui proses panjang yang dilaluinya.
Lingkungan sosial, pendidikan, pengalaman pribadi, kebiasaan dll turut
membentuk karakter seseorang. Karakter yang terbentuk merupakan endapan
dari variabel-variabel tersebut. Oleh karenanya, inilah yang menjadi
sebab betapa sulitnya memperbaiki sebuah karakter yang ada pada diri
seseorang. Ketika sebuah karakter sudah melekat pada diri seseorang
butuh waktu lama dan kerja keras untuk membersihkannya dari pengotornya.
Di sinilah pentingnya peran para pendidik yang tidak bisa diabaikan.
Merekalah ujung tombak dalam memperbaiki karakter manusia. Pendidik yang
saya maksudkan bukanlah mereka yang sekedar bisa mengajari anak yang
buta huruf menjadi bisa membaca, atau mengajari anak yang tidak mengenal
angka menjadi bisa berhitung. Namun, pendidik yang dimaksud adalah
mereka yang bisa merubah sebuah karakter yang cenderung negatif (buruk)
menjadi positif (baik) seperti jujur, bertanggungjawab, rendah hati,
rasa empati, kemandirian, etos kerja, disiplin, religius, percaya diri,
dll.
Ada sebuah keprihatinan mengenai arah pendidikan yang ada saat ini
yang terkesan hanya memprioritaskan penguasaan aspek pengetahuan dan
skill semata namun miskin dengan muatan yang bersifat perbaikan karakter
dan kepribadian. Meski tidak bisa dikatakan seluruhnya, namun mayoritas
adalah demikian. Kita lihat saja fakta dilapangan, berapa jam waktu
yang diberikan untuk bahan ajar yang bermuatan pendidikan moral dengan
bahan ajar pengetahuan umum. Akan sangat jauh sekali takarannya. Bahkan
kegiatan ekstrakurikuler pun kebanyakannya untuk menambah jam pelajaran
eksakta. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa ada kegiatan ekstrakurikuler
yang diperuntukkan untuk non eksakta.
Pengaruh media juga menjadi faktor penting yang membentuk kepribadian
seseorang, baik media cetak, elektronik maupun online. Tiap hari kita
kebanjiran tayangan dan informasi mengenai gaya hidup, hiburan,
kriminalitas, politik, dll yang terkadang tanpa kita sadari telah
mengendap di alam bawah sadar kita dan turut mewarnai kepribadian kita.
Padahal telah maklum kita ketahui bahwa media yang ada saat ini
kebanyakannya adalah diperuntukkan untuk kepantingan bisnis atau politis
tanpa memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkannya bagai masyarakat
luas.
Lingkungan juga memberikan dampak bagi pembentukan karakter
seseorang. Lingkungan terkecil adalah keluarga. Meski merupakan sel
terkecil dalam sebuah komunitas namun keluarga mampu memberikan dampak
yang besar bagi perkembangan karakter dan kepribadian seseorang.
Terlebih seorang anak yang menjadikan guru pertamanya adalah kedua orang
tuanya. Baik atau buruk perilaku kedua orang tuanya akan turut
memberikan warna keteladanan bagi si anak sebelum si anak ini melangkah
keluar ke lingkungan yang lebih luas. Oleh karenanya keteladanan dan
penanaman nilai-nilai positif semestinya dimulai sejak awal dari
lingkungan keluarga ini.
Karakter seseorang biasanya bisa dikenali dari teman bergaulnya
karena umumnya seseorang akan merasa cocok dan nyaman bergaul dengan
orang lain yang memiliki tabiat sama. Meski bukan sebuah kemestian namun
kenyataan yang ada umunya demikian. Teman bergaul turut memberikan
corak kepribadian seseorang. Sudah hal yang ma’ruf (diketahui) bahwa
teman baik akan selalu mengajak kepada teman-teman lainnya untuk
melakukan hal yang baik, sebagaimana teman yang buruk akan menarik
teman-temannya kepada hal yang buruk. Oleh karenanya untuk membentuk
sebuah karakter yang handal perlu kita menentukan siapa yang akan kita
jadikan teman akrab kita. Akan tetapi ini bukanlah sebuah halangan bagi
kita untuk bergaul dengan siapa pun. Namun jika kita khawatir ada
pengaruh buruk dari seseorang sebaiknya kita hindari kecuali jika kita
bisa mengajaknya kepada hal yang positif.
Pengalaman-pengalaman pribadi sepanjang perjalanan hidup yang dilalui
seseorang inilah sangat memberikan corak karakter bagi seseorang.
Manusia merupakan agen pembangunan selain juga sebagai obyek
pembangunan. Perbaikan pada diri manusia merupakan sesuatu yang urgen
sebelum membangun sesuatu yang menjadi penunjang bagi kehidupan manusia.
Jika hal ini dikesampingkan yang ada hanyalah manusia-manusia zombie
yang justru lebih banyak melakukan perusakan daripada perbaikan.
Pendidik memiliki tanggung jawab yang besar dalam rangka pembentukan
karakter dan kepribadian. Besarnya pengaruh-pengaruh negatif budaya luar
sebagai dampak dari era keterbukaan informasi yang kebablasan turut
menjadi beban tersendiri bagi para pendidik.
Para pendidik dituntut memiliki instrument lain dalam menanamkan
nilai-nilai luhur kepada peserta didik. Pengetahuan tentang kondisi
psikologis, kemampuan penalaran berdasarkan tingkat pendidikan,
pemahaman tentang latar belakang seseorang, keteladanan dan lain
sebagainya perlu menjadi pertimbangan penting. Sehingga apa yang
disampaikan tidaklah menjadi sesuatu yang tekstual, monoton, tidak
komunikatif, terkesan hanya hitam putih, benar salah, halal haram, dsb
yang justru menjemukan.
Perbaikan kepribadian seseorang tidaklah akan berhasil kecuali
dilakukan secara kontinyu dan dengan kontrol pengawasan. Dan jika kita
mau jujur, tidak ada pengawasan yang lebih baik melebihi keyakinan
seseorang bahwa dirinya sedang diawasi Sang Maha Pencipta, Alloh
-ta’ala-. Dengan keyakinan semacam ini, yang kemudian tertanam kuat-kuat
di dada setiap insan akan menjadikan mereka kuat dalam memegang
prinsip, selalu bersabar di atas kebenaran dan jalan yang benar karena
dia berkeyakinan bahwa apa pun yang ia laukan hari ini akan dimintakan
pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Dia selalu merasa di awasi dan
dicatat gerak-geriknya selama 24 jam sehari tanpa terlewatkan. Setiap
tarikan nafasnya akan dicatat sebagai kebaikan atau keburukan. Inilah
sejatinya model perbaikan karakter dan kepribadian yang perlu diusahakan
oleh setiap pendidik dengan mengembalikan mereka kepada fitrahnya yaitu
Islam. Semakin dia menggali nilai-nilai Islam maka akan semakin kuat
kepribadian baik tersebut tertanam di sanubarinya.
Allohu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar