*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Rabu, 13 Mei 2015

Membangun Karakter Dan Problematikanya

Membangun sesuatu itu butuh waktu dan kerja keras para ahlinya, sedangkan untuk menghancurkan sesuatu siapa pun bisa dan tak butuh waktu lama. Demikian pula membangun karakter yang baik, tidak bisa instan. Butuh proses yang lama dan berkesinambungan. Butuh mentor yang cakap dan berkompeten. Butuh kerja keras dan profesional. Membangun karakter lebih sulit dari pada membangun bangunan fisik karena karakter adalah sesuatu yang abstrak dan tidak nampak. Karakter adalah sesuatu yang tersembunyi pada diri seseorang namun berpengaruh pada perilaku yang nampak. Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan yang terbentuk secara alamiah dalam diri seseorang melalui proses panjang yang dilaluinya. Lingkungan sosial, pendidikan, pengalaman pribadi, kebiasaan dll turut membentuk karakter seseorang. Karakter yang terbentuk merupakan endapan dari variabel-variabel tersebut. Oleh karenanya, inilah yang menjadi sebab betapa sulitnya memperbaiki sebuah karakter yang ada pada diri seseorang. Ketika sebuah karakter sudah melekat pada diri seseorang butuh waktu lama dan kerja keras untuk membersihkannya dari pengotornya.

Di sinilah pentingnya peran para pendidik yang tidak bisa diabaikan. Merekalah ujung tombak dalam memperbaiki karakter manusia. Pendidik yang saya maksudkan bukanlah mereka yang sekedar bisa mengajari anak yang buta huruf menjadi bisa membaca, atau mengajari anak yang tidak mengenal angka menjadi bisa berhitung. Namun, pendidik yang dimaksud adalah mereka yang bisa merubah sebuah karakter yang cenderung negatif (buruk) menjadi positif (baik) seperti jujur, bertanggungjawab, rendah hati, rasa empati, kemandirian, etos kerja, disiplin, religius, percaya diri, dll.

Ada sebuah keprihatinan mengenai arah pendidikan yang ada saat ini yang terkesan hanya memprioritaskan penguasaan aspek pengetahuan dan skill semata namun miskin dengan muatan yang bersifat perbaikan karakter dan kepribadian. Meski tidak bisa dikatakan seluruhnya, namun mayoritas adalah demikian. Kita lihat saja fakta dilapangan, berapa jam waktu yang diberikan untuk bahan ajar yang bermuatan pendidikan moral dengan bahan ajar pengetahuan umum. Akan sangat jauh sekali takarannya. Bahkan kegiatan ekstrakurikuler pun kebanyakannya untuk menambah jam pelajaran eksakta. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa ada kegiatan ekstrakurikuler yang diperuntukkan untuk non eksakta.

Pengaruh media juga menjadi faktor penting yang membentuk kepribadian seseorang, baik media cetak, elektronik maupun online. Tiap hari kita kebanjiran tayangan dan informasi mengenai gaya hidup, hiburan, kriminalitas, politik, dll yang terkadang tanpa kita sadari telah mengendap di alam bawah sadar kita dan turut mewarnai kepribadian kita. Padahal telah maklum kita ketahui bahwa media yang ada saat ini kebanyakannya adalah diperuntukkan untuk kepantingan bisnis atau politis tanpa memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkannya bagai masyarakat luas.

Lingkungan juga memberikan dampak bagi pembentukan karakter seseorang. Lingkungan terkecil adalah keluarga. Meski merupakan sel terkecil dalam sebuah komunitas namun keluarga mampu memberikan dampak yang besar bagi perkembangan karakter dan kepribadian seseorang. Terlebih seorang anak yang menjadikan guru pertamanya adalah kedua orang tuanya. Baik atau buruk perilaku kedua orang tuanya akan turut memberikan warna keteladanan bagi si anak sebelum si anak ini melangkah keluar ke lingkungan yang lebih luas. Oleh karenanya keteladanan dan penanaman nilai-nilai positif semestinya dimulai sejak awal dari lingkungan keluarga ini.

Karakter seseorang biasanya bisa dikenali dari teman bergaulnya karena umumnya seseorang akan merasa cocok dan nyaman bergaul dengan orang lain yang memiliki tabiat sama. Meski bukan sebuah kemestian namun kenyataan yang ada umunya demikian. Teman bergaul turut memberikan corak kepribadian seseorang. Sudah hal yang ma’ruf (diketahui) bahwa teman baik akan selalu mengajak kepada teman-teman lainnya untuk melakukan hal yang baik, sebagaimana teman yang buruk akan menarik teman-temannya kepada hal yang buruk. Oleh karenanya untuk membentuk sebuah karakter yang handal perlu kita menentukan siapa yang akan kita jadikan teman akrab kita. Akan tetapi ini bukanlah sebuah halangan bagi kita untuk bergaul dengan siapa pun. Namun jika kita khawatir ada pengaruh buruk dari seseorang sebaiknya kita hindari kecuali jika kita bisa mengajaknya kepada hal yang positif.

Pengalaman-pengalaman pribadi sepanjang perjalanan hidup yang dilalui seseorang inilah sangat memberikan corak karakter bagi seseorang.
Manusia merupakan agen pembangunan selain juga sebagai obyek pembangunan. Perbaikan pada diri manusia merupakan sesuatu yang urgen sebelum membangun sesuatu yang menjadi penunjang bagi kehidupan manusia. Jika hal ini dikesampingkan yang ada hanyalah manusia-manusia zombie yang justru lebih banyak melakukan perusakan daripada perbaikan.

Pendidik memiliki tanggung jawab yang besar dalam rangka pembentukan karakter dan kepribadian. Besarnya pengaruh-pengaruh negatif budaya luar sebagai dampak dari era keterbukaan informasi yang kebablasan turut menjadi beban tersendiri bagi para pendidik.
Para pendidik dituntut memiliki instrument lain dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada peserta didik. Pengetahuan tentang kondisi psikologis, kemampuan penalaran berdasarkan tingkat pendidikan, pemahaman tentang latar belakang seseorang, keteladanan dan lain sebagainya perlu menjadi pertimbangan penting. Sehingga apa yang disampaikan tidaklah menjadi sesuatu yang tekstual, monoton, tidak komunikatif, terkesan hanya hitam putih, benar salah, halal haram, dsb yang justru menjemukan.

Perbaikan kepribadian seseorang tidaklah akan berhasil kecuali dilakukan secara kontinyu dan dengan kontrol pengawasan. Dan jika kita mau jujur, tidak ada pengawasan yang lebih baik melebihi keyakinan seseorang bahwa dirinya sedang diawasi Sang Maha Pencipta, Alloh -ta’ala-. Dengan keyakinan semacam ini, yang kemudian tertanam kuat-kuat di dada setiap insan akan menjadikan mereka kuat dalam memegang prinsip, selalu bersabar di atas kebenaran dan jalan yang benar karena dia berkeyakinan bahwa apa pun yang ia laukan hari ini akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Dia selalu merasa di awasi dan dicatat gerak-geriknya selama 24 jam sehari tanpa terlewatkan. Setiap tarikan nafasnya akan dicatat sebagai kebaikan atau keburukan. Inilah sejatinya model perbaikan karakter dan kepribadian yang perlu diusahakan oleh setiap pendidik dengan mengembalikan mereka kepada fitrahnya yaitu Islam. Semakin dia menggali nilai-nilai Islam maka akan semakin kuat kepribadian baik tersebut tertanam di sanubarinya.
Allohu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)