Menjadi
seorang pemimpin adalah sebuah amanat yang suatu saat nanti akan
dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan Alloh. Banyak orang yang
tidak sadar, bahkan ketika dia menduduki suatu jabatan atau kepemimpinan
dia tidak menunaikan amanahnya sebagai seorang pemimpin.
Menyalahgunakan posisinya untuk melanggengkan ambisinya, meraih
popularitas, mengeruk keuntungan dan kekayaan, berbuat sewenang-wenang
terhadap bawahannya, otoriter dan lain sebagainya. Bagi orang model
semacam ini, kepemimpinan baginya adalah sebuah kenikmatan yang harus
dipertahankan dan tidak boleh lepas ke tangan orang lain bahkan kalau
perlu harus diwariskan ke anak cucu.
Di lain sisi ada juga orang yang melihat kepemimpinan adalah sebuah
amanah dan tanggungjawab yang mesti ia jaga dan diberikan hak-hak amanah
tersebut. Dan dia yakin, suatu saat nanti di hari pembalasan ia akan
dimintai pertanggungjawaban dari apa yang ia pimpin. Maka kita lihat
model pemimpin kedua ini dia akan berhati-hati dalam mengemban amanah
kepemimpinan. Bersikap adil, welas asih kepada bawahannya, bertanggung
jawab, amanah, dan dia bisa menjadi guru dan contoh bagi orang-orang
yang dipimpinnya.
Kepemimpinan dan Keteladanan
Pemimpin yang baik akan memberi keteladanan yang baik pula bagi
bawahannya. Sebaik baik pemimpin sekaligus teladan adalah Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam. Kita lihat bagaimana gaya kepemimpinan
beliau yang merupakan implementasi dari ayat-ayat Al Qur’an menjadikan
beliau begitu dicintai umatnya, disegani kawan maupun lawan, dihormati
dari kalangan budak sampai raja-raja, dan segala gerak-gerik beliau
dijadikan contoh dan teladan bagi umatnya sampai hari kiamat. Berapa
banyak persoalan komplek ditengah-tengah umat yang mampu beliau
selesaikan dengan manisnya karena kearifan beliau. Memang itu adalah
sebuah kenikmatan yang diberikan Alloh kepada beliau -shollallohu
‘alaihi wa sallam- selaku utusanNya dan tidak diberikan kepada seorang
pun setelah beliau, akan tetapi bukan berarti kita tidak bisa mencontoh
beliau, bahkan kita wajib mencontoh dan mengikuti beliau.
Seorang pemimpin yang sinkron antara ucapan dan perbuatannya akan
menjadikannya dihormati dan disegani bawahannya, menjadikan setiap
ucapannya berbobot karena keluar dari dalam hatinya. Dia tidak cuma
memerintahkan ini dan itu akan tetapi dia juga yang pertama kali
mengerjakannya. Pemimpin semacam ini menjadikan setiap ucapannya
berwibawa, apa yang nampak sama dengan yang tidak nampak, apa yang ada
di dalam sama dengan yang diluar. Tidak hipokrit, tidak pula munafik.
Keteladanan seorang pemimpin adalah elemen penting bagi terciptanya
hubungan yang harmonis antara pemimpin dan yang dipimpin. Keharmonisan
ini merupakan modal awal yang baik untuk dijadikan pijakan dalam
membangun kehidupan bermasyarakat pada fase-fase berikutnya.
Betapa saat ini kita masyarakat sedang mengalami krisis keteladanan.
Mereka membutuhkan figur yang memang layak untuk dijadikan panutan. Di
tengah masyarakat, pemimpin adalah figur yang selalu jadi sorotan orang
banyak. Baik buruknya akhlak dan perilakunya akan selalu jadi catatan
tersendiri. Perkataannya di dengar, perintahnya ditaati, dan tingkah
lakunya diamati. Di sinilah peran strategis seorang pemimpin dalam
memberikan keteladanan.
Keteladanan yang baik akan menjadikan baik pula bagi orang yang
dipimpinnya. Demikian pula, buruknya keteladanan menjadikan buruk pula
bagi orang yang dipimpinnya.
0 komentar:
Posting Komentar