*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Senin, 19 Januari 2015

Ing Ngarso Sung Tulodho


leaderMenjadi seorang pemimpin adalah sebuah amanat yang suatu saat nanti akan dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan Alloh. Banyak orang yang tidak sadar, bahkan ketika dia menduduki suatu jabatan atau kepemimpinan dia tidak menunaikan amanahnya sebagai seorang pemimpin. Menyalahgunakan posisinya untuk melanggengkan ambisinya, meraih popularitas, mengeruk keuntungan dan kekayaan, berbuat sewenang-wenang terhadap bawahannya,  otoriter dan lain sebagainya. Bagi orang model semacam ini, kepemimpinan baginya adalah sebuah kenikmatan yang harus dipertahankan dan tidak boleh lepas ke tangan orang lain bahkan kalau perlu harus diwariskan ke anak cucu.
Di lain sisi ada juga orang yang melihat kepemimpinan adalah sebuah amanah dan tanggungjawab yang mesti ia jaga dan diberikan hak-hak amanah tersebut. Dan dia yakin, suatu saat nanti di hari pembalasan ia akan dimintai pertanggungjawaban dari apa yang ia pimpin. Maka kita lihat model pemimpin kedua ini dia akan berhati-hati dalam mengemban amanah kepemimpinan. Bersikap adil, welas asih kepada bawahannya, bertanggung jawab, amanah, dan dia bisa menjadi guru dan contoh bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Kepemimpinan dan Keteladanan
Pemimpin yang baik akan memberi keteladanan yang baik pula bagi bawahannya. Sebaik baik pemimpin sekaligus teladan adalah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Kita lihat bagaimana gaya kepemimpinan beliau yang merupakan implementasi dari ayat-ayat Al Qur’an menjadikan beliau begitu dicintai umatnya, disegani kawan maupun lawan, dihormati dari kalangan budak sampai raja-raja, dan segala gerak-gerik beliau dijadikan contoh dan teladan bagi umatnya sampai hari kiamat. Berapa banyak persoalan komplek ditengah-tengah umat yang mampu beliau selesaikan dengan manisnya karena kearifan beliau. Memang itu adalah sebuah kenikmatan yang diberikan Alloh kepada beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam- selaku utusanNya dan tidak diberikan kepada seorang pun setelah beliau, akan tetapi bukan berarti kita tidak bisa mencontoh beliau, bahkan kita wajib mencontoh dan mengikuti beliau.
Seorang pemimpin yang sinkron antara ucapan dan perbuatannya akan menjadikannya dihormati dan disegani bawahannya, menjadikan setiap ucapannya berbobot karena keluar dari dalam hatinya. Dia tidak cuma memerintahkan ini dan itu akan tetapi dia juga yang pertama kali mengerjakannya. Pemimpin semacam ini menjadikan setiap ucapannya berwibawa, apa yang nampak sama dengan yang tidak nampak, apa yang ada di dalam sama dengan yang diluar. Tidak hipokrit, tidak pula munafik.
Keteladanan seorang pemimpin adalah elemen penting bagi terciptanya hubungan yang harmonis antara pemimpin dan yang dipimpin. Keharmonisan ini merupakan modal awal yang baik untuk dijadikan pijakan dalam membangun kehidupan bermasyarakat pada fase-fase berikutnya.
Betapa saat ini kita masyarakat sedang mengalami krisis keteladanan. Mereka membutuhkan figur yang memang layak untuk dijadikan panutan. Di tengah masyarakat, pemimpin adalah figur yang selalu jadi sorotan orang banyak. Baik buruknya akhlak dan perilakunya akan selalu jadi catatan tersendiri. Perkataannya di dengar, perintahnya ditaati, dan tingkah lakunya diamati. Di sinilah peran strategis seorang pemimpin dalam memberikan keteladanan.
Keteladanan yang baik akan menjadikan baik pula bagi orang yang dipimpinnya. Demikian pula, buruknya keteladanan menjadikan buruk pula bagi orang yang dipimpinnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)