*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Kamis, 26 April 2012

Warga Mintobasuki di Perantauan

Minimnya lapangan kerja, rendahnya pendidikan dan kurangnya keahlian menjadikan warga Mintobasuki enggan untuk tetap tinggal di kampung halamannya. Bertani yang merupakan mata pencaharian utama warga nampaknya juga kurang menjanjikan untuk dijadikan tumpuan hidup sehari-hari. Banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau kerap menjadi penyebab gagal panen setiap tahunnya. Faktor-faktor itulah yang menjadi pendorong warga untuk mencari penghidupan yang lebih baik di tempat lain. Merantau menjadi pilihan terakhir.
Sumatra adalah pulau yang paling banyak dikunjungi perantau asal Mintobasuki. Mereka tersebar di beberapa wilayah, antara lain Lubuk Linggau, Lubuk Besar, Sarolangun, Bangko, Muara Bungo, Padang, Pekan Baru dan lain-lain.
Mayoritas mereka di perantauan bekerja sebagai buruh sadap karet. Karet memang menjadi komoditas primadona warga setempat selain kelapa sawit, kopi dan coklat. Para perantau ini bekerja di perkebunan milik warga pribumi dengan upah bagi hasil. Tiap daerah memiliki aturan yang berbeda dalam menentukan besarnya bagi hasil. Ada yang bagi dua (fifty-fifty antara pekerja dan pemilik), bagi 3(2 bagian pekerja,sisanya pemilik) atau bagi 5(2 pemilik dan 3 bagian pekerja). Tapi yang umum adalah bagi 3.


Sejak kapan warga Mintobasuki mulai merantau ke Sumatra sebagai buruh sadap karet belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan sejak sekitar 40 tahun yang lalu. Hal ini dapat diketahui dari pengakuan warga yang sudah bekerja di Sumatra sejak 1974, bahkan ada yang sebelum itu. Mereka tinggal di kamp-kamp yang telah disediakan oleh pemilik perkebunan. Di sini mereka membaur dengan para perantau dari daerah-daerah lain. Kesederhanaan, kebersamaan, gotong royong dan saling tolong menolong menjadi ciri khas para perantau ini.

Bagaimana dengan pendapatan warga? Tentunya sangat variatif, tergantung hasil kerja masing-masing. Ada sebagian perantau yang sukses bahkan memiliki perkebunan karet sendiri. Namun ada juga yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Prospek kedepan bagi para perantau ini cukup bagus dengan semakin luasnya pembukaan perkebunan karet baru baik oleh warga secara perseorangan maupun perusahaan. Artinya lapangan kerja tetap terbuka lebar bagi para perantau.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)