Minimnya lapangan kerja, rendahnya pendidikan dan kurangnya keahlian
menjadikan warga Mintobasuki enggan untuk tetap tinggal di kampung
halamannya. Bertani yang merupakan mata pencaharian utama warga
nampaknya juga kurang menjanjikan untuk dijadikan tumpuan hidup
sehari-hari. Banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau
kerap menjadi penyebab gagal panen setiap tahunnya. Faktor-faktor itulah
yang menjadi pendorong warga untuk mencari penghidupan yang lebih baik
di tempat lain. Merantau menjadi pilihan terakhir.
Sumatra adalah pulau yang paling banyak dikunjungi perantau asal
Mintobasuki. Mereka tersebar di beberapa wilayah, antara lain Lubuk
Linggau, Lubuk Besar, Sarolangun, Bangko, Muara Bungo, Padang, Pekan
Baru dan lain-lain.
Mayoritas mereka di perantauan bekerja sebagai buruh sadap karet.
Karet memang menjadi komoditas primadona warga setempat selain kelapa
sawit, kopi dan coklat. Para perantau ini bekerja di perkebunan milik
warga pribumi dengan upah bagi hasil. Tiap daerah memiliki aturan yang
berbeda dalam menentukan besarnya bagi hasil. Ada yang bagi dua
(fifty-fifty antara pekerja dan pemilik), bagi 3(2 bagian
pekerja,sisanya pemilik) atau bagi 5(2 pemilik dan 3 bagian pekerja).
Tapi yang umum adalah bagi 3.
Sejak kapan warga Mintobasuki mulai merantau ke Sumatra sebagai buruh
sadap karet belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan sejak
sekitar 40 tahun yang lalu. Hal ini dapat diketahui dari pengakuan warga
yang sudah bekerja di Sumatra sejak 1974, bahkan ada yang sebelum itu.
Mereka tinggal di kamp-kamp yang telah disediakan oleh pemilik
perkebunan. Di sini mereka membaur dengan para perantau dari
daerah-daerah lain. Kesederhanaan, kebersamaan, gotong royong dan saling
tolong menolong menjadi ciri khas para perantau ini.
Bagaimana dengan pendapatan warga? Tentunya sangat variatif,
tergantung hasil kerja masing-masing. Ada sebagian perantau yang sukses
bahkan memiliki perkebunan karet sendiri. Namun ada juga yang hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Prospek kedepan bagi para perantau ini cukup bagus dengan semakin
luasnya pembukaan perkebunan karet baru baik oleh warga secara
perseorangan maupun perusahaan. Artinya lapangan kerja tetap terbuka
lebar bagi para perantau.
0 komentar:
Posting Komentar