*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Jumat, 28 Agustus 2015

Mengais Rejeki dari Silugonggo


nelayan silugonggo
Potret Nelayan Mintobasuki
Aliran sungai Silugonggo selain memiliki fungsi sebagai irigasi persawahan ternyata juga merupakan ladang rejeki bagi sebagian sedulur-sedulur kita. Yap, sebagian warga Mintobasuki ternyata banyak yang berprofesi sebagai nelayan dan pencari ikan di Silugonggo. Meski sebagian warga hanya menjadikan kerjaan sampingan, tapi ada juga yang menjadikannya sebagai mata pencaharian utama.

Sebenarnya aktivitas sebagai nelayan bagi sebagian warga Mintobasuki sudah sejak lama. Sejak kakek dan buyut kita pun sudah banyak yang berlayar mencari ikan, tidak hanya di Silugonggo bahkan ada yang sampai ke laut Juwana. Bahkan di KTP kakekku (sekarang sudah meninggal) di sebutkan mata pencahariannya sebagai nelayan, bukan petani. Padahal umumnya nelayan adalah profesi masyarakat yang tinggal di dekat pantai. Bahkan, kakekku dulu punya KTA (Kartu Tanda Anggota) sebuah Koperasi yang menjadi wadah para Nelayan yang berkantor di Juwana.

Ya, tentu saja mereka bukanlah para nelayan profesional dengan perlengkapan penangkap ikan yang canggih seperti yang ada sekarang, mereka hanyalah nelayan tradisional yang cukup mengandalkan Jukung (perahu kayu kecil) atau Cukrik (perahu kayu yang berukuran lebih besar) dengan jaring atau jala atau pun pancing untuk menangkap ikan. Hasil tangkapannya pun tidak banyak, cukuplah buat menghidupi keluarga sehari-hari.

Tapi sudah sejak lama tangkapan ikan di sungai Silugonggo menunjukkan penurunan. Banyak faktor yang jadi penyebabnya, terlebih faktor manusianya yang selalu tamak dan rakus untuk menguras sumber daya alam tanpa memperhatikan dampaknya bagi ekosistem alam. Misal saja mereka mencari ikan dengan meracuni sungai dengan menggunakan potasium dan sejenisnya yang mengakibatkan matinya segala jenis ikan baik yang besar maupun yang kecil, bahkan yang masih larva sekali pun. Tindakan semacam ini merupakan perbuatan yang membahayakan, bukan hanya bagi ekosistem sungai tapi juga manusia, mengingat sebagian warga masih menggunakan air sungai untuk MCK dan kebutuhan konsumsi. Bisa dibayangkan jika residu dari racun tersebut tertelan dan masuk ke dalam tubuh. Dampak jangka pendek memang tidak langsung terlihat, tapi lambat laun efek tersebut akan kelihatan. Dan memang benar, saat ini jumlah populasi ikan di sungai tidak seperti beberapa puluh tahun yang lalu. Bahkan spesies ikan tertentu sudah jarang ditemui, sebut saja ikan Lengger, Gabus, Tageh, Nduri, dll. Jika tindakan yang melanggar hukum ini dibiarkan bisa-bisa kedepannya papulasi ikan di sungai Silugonggo akan semakin menipis.

Harapan kita sungai Silugonggo dengan segala kekayaan hayati yang ada di dalamnya akan tetap lestari sehingga bisa dinikmati sampai anak cucu kita nanti. Mari kita jaga bersama …

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)