*** SELAMAT DATANG *** Ini adalah blog pribadi yang dikelola secara independen oleh Netter desa Mintobasuki kec. Gabus kab. Pati. Blog Mintobasuki Gabus Pati bukanlah blog resmi pemerintahan desa Mintobasuki. Blog ini tidak ada hubungan dalam bentuk apa pun dengan organisasi, kelompok dan kepentingan tertentu di desa Mintobasuki. Artikel-artikel yang disajikan adalah tulisan lepas yang berisi uneg-uneg, ide, pemikiran, opini pribadi penulis dan pernik-pernik terkait desa Mintobasuki.

Rabu, 24 Mei 2017

Menghidupkan Kembali Majelis taklim Mintobasuki


img-20170513-wa0008.jpg
Kajian rutin malam Ahad di Musholla Utsman bin Affan desa Mintobasuki
Diakui maupun tidak, majelis-majelis taklim adalah sarana yang paling efektif untuk mendidik masyarakat guna memperbaiki sisi rohani mereka. Di zaman yang penuh hiruk pikuk seperti sekarang ini, dimana seolah perkembangan tehnologi informasi yang deras tak terbendung memberikan dampak yang beragam bagi masyarakat, baik dampak positif maupun negatif. Banyak kita rasakan pergeseran-pergeseran nilai di tengah masyarakat. Hedonisme, manusia seolah tidak memerlukan Tuhan dalam kehidupannya. Rusaknya akhlak karena krisis kepercayaan terhadap nilai-nilai sakral agama. Materialistik, menganggap bahwa yang real adalah apa yang nampak di depan mata dan bisa diindera sehingga segala upaya dilakukan untuk meraih sesuatu yang dianggap realistik tersebut tanpa memperdulikan lagi batasan-batasan agama maupun nilai-nilai yang diakui di masyarakat. Terjadinya pergaulan bebas dimana orang tua tidak lagi memperdulikan pergaulan lawan jenis anak-anaknya dengan dalih perkembangan zaman. Nilai kesusilaan yang sudah mulai luntur karena setiap hari mereka dijejali berbagai informasi dan tayangan dari budaya barat dan selainnya yang sangat bertentangan dengan budaya ketimuran apalagi tuntunan Islam.

Oleh karenanya, perlu adanya terapi untuk mengcounter berbagai dampak negatif semacam ini. Salah satunya adalah dengan menghidupkan pendidikan Dieniyyah (Keagamaan). Diyakini bahwa pendidikan karakter yang paling ampuh untuk mengatasi berbagai penyimpangan adalah dengan mendekatkan diri mereka kepada sang Pencipta. Menjadikan mereka yakin bahwa setelah kehidupan yang sekarang ini akan ada kehidupan lain dimana bahagia maupun celakanya dia sangat tergantung dengan amalan yang diperbuatnya hari ini. Apakah kebahagiaan abadi ataukah kesengsaraan abadi.
Mrendidik mereka untuk takut kepada sang pencipta dengan meyakini terhadap konsekwensi dari amalan-amalan yang dia lakukan selama hidup di dunia adalah cara yang paling ampuh untuk menumbuhkan sikap-sikap positif dalam kehidupan mereka sehari-hari. Cara ini lebih efektif dari pada sekedar mengenalkan mereka kepada nilai-nilai universal yang diakui namun tanpa ada konsekwensi yang didapatkan kecuali hanya sebatas dalam kehidupan dunia.
Perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk kembali menghidupkan majelis-majelis ilmu agama di lingkungan kita dengan merujuk kepada ajaran Islam yang murni untuk mendidik masyarakat agar kembali kepada nilai-nilai luhur yang digariskan sang Pencipta, Alloh ta’ala. Kita tidak perlu melihat betapa panjang cara ini kita tempuh untuk mengobati berbagai penyimpangan yang ada, dan tidak perlu risau dengan hambatan-hambatan yang pasti ada, namun yang penting adalah kesungguhan kita dalam mentarbiyah (mendidik) masyarakat, yang dimulai dari diri-diri kita, keluarga kita, lingkungan kita dan seterusnya. Sehingga, kelak masyarakat kita akan menjadi masyarakat yang robbani sebagaimana yang kita dambakan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
*MUTIARA HADITS NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM* Abu Sa'id al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Apabila seorang hamba (manusia) masuk Islam dan bagus keislamannya, maka Allah menghapuskan darinya segala kejelekan yang dilakukannya pada masa lalu. Sesudah itu berlaku hukum pembalasan. Yaitu, suatu kebaikan (dibalas) dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat; sedangkan kejelekan hanya dibalas sepadan dengan kejelekan itu, kecuali jika Allah memaafkannya."(HR BUKHARI) Anas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan (7 - di dalam riwayat yang mu'alaaq: iman [17] ) seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji burr. Dan, akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan, 'Tidak ada Tuhan melainkan Allah', sedang di hatinya ada kebaikan seberat atom."(HR BUKHARI)